Dalam ranah seni rupa, kerja kuratorial memiliki peran yang cukup penting. Posisinya merupakan sumbu yang menyatukan fungsi seniman, galeri, kolektor, dan khalayak. Kurator kerap harus bertanggung jawab atas pekerjaan dari hulu hingga hilir. Dari merancang tema, memilih seniman yang cocok dengan tema tersebut, memilih karya yang tepat, mengatur pemajangan karya, hingga menuliskan konsep pameran kepada khalayak. Kompleksnya kerja kuratorial ini menuntut kemampuan dan pengetahuan khusus di bidang seni rupa, namun pada praktiknya di Indonesia siapa pun bisa menjadi kurator.
Highlight:
Idealnya, menjadi kurator hendaknya dipercayakan pada mereka yang memiliki latar belakang yang berkaitan dengan seni rupa, entah itu dari aspek sejarah, antropologi, atau bahkan seni rupa murni. Tak sedikit mereka yang belajar praktik seni di akademi, memilih menjadi kurator dan bukannya sebagai seniman. Di Indonesia, batasan yang diberlakukan untuk menjadi kurator, cenderung lebih cair – dari filsafat hingga jurnalistik. Inilah yang menurut Profesor Oh Soon-Hwa dari Universitas Teknologi Nanyang, Singapura, yang menjadikan perkembangan seni rupa Indonesia cenderung bersifat dinamis dan organik dibanding negara lain.
- Begitu cairnya batasan untuk menjadi kurator, dibuktikan Leo Silitonga, pemilik Umahseni Gallery di Jakarta untuk mengadakan pameran Beyond Boundaries: When Collector Curates a Show dari 25 April-25 Mei 2013. Pameran ini unik karena menempatkan kolektor sebagai kurator.
- Keterlibatan para kolektor dalam pameran di Umahseni Gallery sebagai kurator, memunculkan pertanyaan, apakah hal ini menyiratkan tanda adanya ketidakpuasan pihak galeri atau kolektor terhadap kerja kuratorial di Indonesia? Apakah peran kolektor sebagai kurator turut mempengaruhi kualitas karya yang dipamerkan?
- Ketika kolektor menjadi kurator, hal ini merupakan terobosan yang sebenarnya memperlihatkan bahwa siapa pun bisa menjadi kurator asal memiliki akses. Kondisi ini di satu sisi memperlihatkan masih belum mapannya infrastruktur seni rupa di Indonesia, namun di sisi lain menunjukkan keunikan perkembangan ranah seni rupa yang membedakan Indonesia dengan negara lain.
Pameran Beyond Boundaris: When Collector Curates a Show yang diadakan Umahseni Gallery di Jakarta menampilkan karya Davy Linggar, Agan Harahap, dan Wimo Ambala Bayang yang dikurasi oleh tiga kolektor: Dr. Wiyu Wahono, Paula Dewiyanti, dan Arif Suherman. Penempatan ketiga kolektor ini sebagai kurator, memunculkan wacana yang sebenarnya sudah berlangsung sejak lama dalam sejarah seni rupa Indonesia – semua orang terbuka untuk menjadi kurator pameran asal memiliki akses. Namun di luar segala perbincangan seputar posisi kurator dan kolektor, pameran ini seharusnya tidak melupakan pembacaan tentang karya yang dipamerkan itu sendiri, apakah memiliki muatan tertentu yang menarik atau tidak.