Lebih dari satu dekade semenjak ledakan senirupa di Indonesia pasca “mati suri” nya di era pra-reformasi, seni kembali menemukan tempat khusus di benak para pelaku dan publik secara keseluruhan. Seketika, seni menjadi komoditas yang memiliki nilai lebih di mata publik sebagai audiens, dari sekedar produk artistik seniman yang serba rumit dan tertutup. Industri seni di Indonesia pun mengalami terobosan, meski secara garis besar, masih berkutat di dalam pasar yang eksklusif.

Melalui pameran tunggal “Napak Tilas Peradaban” ini, Priyaris mempunyai Misi yang berbeda. Alih-alih mencari celah pasar di balik tirai seni yang eksklusif, Priyaris justru membuka tirainya lebar-lebar dan membicarakan pameran yang secara simbolis mampu menyintaskan, sekaligus memantik gagasan dan perdebatan mengenai peran seni dalam konteks pasar (perniagaan) secara terbuka.

Perbedaan paling kentara bisa dilihat melalui prinsip dasar pameran “Napak Tilas Peradaban” itu sendiri, yang dirumuskan melalui 6M, yaitu Misi, Momen, Metode, Mitra, Museum, dan Main. “Napak Tilas Peradaban” adalah pameran yang konsisten dengan keenam prinsip tersebut.

Priyaris Munandar, Spice Road: Jalan Rempah Pada Masa Sriwijaya, 120 x 180 cm, 2019
Priyaris Munandar, Spice Road: Jalan Rempah Pada Masa Sriwijaya, 120 x 180 cm, 2019

“Napak Tilas Peradaban” diselenggarakan bersamaan dengan Momen hari ulang tahun kota Jakarta yang ke-400 (1619 – 2019)—kota Jakarta (dulu Batavia) yang sejak dulu juga dikenal sebagai kota perniagaan.

Selain itu, pameran ini juga dipersiapkan selama 3 tahun, dengan Metode artistik yang dikembangkan oleh Priyaris secara matang, yaitu 3M (Melukis, Merusak, Menghias). Teknik ini merupakan refleksi dirinya terhadap teologi Hindu, kekuatan Brahman dalam Trimurti: Brahma (Pencipta), Siwa (Perusak), dan Wisnu (Pemelihara).

Pameran ini juga merupakan hasil kerjasama saling-silang dari berbagai sektor industri, mulai dari Museum seni sebagai penyedia infrastruktur, hingga sektor perniagaan sebagai Mitra pendukung. Hal ini dipertegas dengan hadirnya Bapak Engartiasto Lukita selaku Menteri Perdagangan Republik Indonesia pada pembukaan pameran.

Kesinambungan antar berbagai komponen 6M tersebut secara konsekuen turut membuka celah baru bagi audiens yang beragam. Ia bisa dinikmati oleh berbagai kalangan, dengan gagasan serta interpretasi yang juga berbeda-beda. Tak terkecuali kalangan muda seperti anak-anak dan remaja, yang secara aktif diajak untuk Main sambil belajar, melalui karya seni dan boardgame dengan tema seputar perniagaan yang disediakan di ruang pameran selama pameran berlangsung. Apa yang dihasilkan dari pameran “Napak Tilas Peradaban” adalah sebuah ekosistem seni yang luwes, inklusif, mendidik, dan sehat.

Pameran “Napak Tilas Peradaban” masih berlangsung sampai hari Minggu, tanggal 15 Juli 2019, di Galeri Nasional (Gedung A), Jl. Medan Merdeka No. 14, Gambir, Jakarta Pusat.