Tari Topeng oleh sanggar Purwakencana asuhan Nani Sawitri dalam pembukaan Europalia 2017. (Foto: Feri Latief)

Tari Topeng Losari mengawali acara Europalia Arts Festival Indonesia 2017, dibawakan sanggar Purwakencana asuhan Nani Sawitri. Tarian ini menghibur sekitar 1000 penonton yang memenuhi gedung kesenian Bozar, Brussel, Belgia, Selasa (10/10/2017) malam waktu setempat. Nani, generasi ke-7 penerus tari Topeng, mewarisinya dari sang nenek, Mimi Sawitri.

Tari Topeng berbasiskan ritual, diciptakan Pangeran Angkawijaya atau Panembahan Losari pada abad ke-16, sebagai salah satu media penyebaran Islam. Sampai kini, doa dan mantra dalam bahasa Jawa Kuno tetap dirapalkan sewaktu tarian dibawakan. Walau banyak variasi dari sejumlah daerah, tari Topeng gaya Losari adalah salah satu yang paling dikenal, menuntut kelincahan dan stamina teknis yang prima.

Baca juga Karya Seniman Indonesia Tampil di Europalia 2017

Europalia Arts Festival Indonesia secara resmi dibuka Yang Dipertuan Agung Raja Belgia Philippe Léopold Louis Marie dan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla di Palais Des Beaux Arts, Brussel, Belgia, 10 Oktober 2017.

Pembukaan festival ini dihadiri Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani; Menlu Retno L.P. Marsudi; Mendikbud Muhadjir Effendy; Dubes RI untuk Kerajaan Belgia, Keharyapatihan Luxembourg, dan Uni Eropa Yuri Thamrin; Dirjen Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid, serta Komisaris Umum Europalia Indonesia Shanti L Poesposoetjipto. Hadir pula Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri.

Raja Belgia Philippe Léopold Louis Marie, Ratu Mathilde, dan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla. (Foto: Feri Latief)
Raja Belgia Philippe Léopold Louis Marie, Ratu Mathilde, dan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla. (Foto: Feri Latief)

Selain tari Topeng, penonton dibuat larut dalam tari Saman yang merupakan bagian dari warisan budaya masyarakat Gayo serta pertunjukan Voices of Papua (Suara Papua). Kelompok tari dan musik ini menunjukkan keragaman dan keindahan berbagai tradisi musik Papua, seperti aimunabai (balada tentang nenek moyang) orang Yapen dan lagu seremonial Biak kankarem.

Musik tradisional Papua adalah salah satu tradisi musik paling kuno di dunia, berasal dari sebelum kedatangan orang Austronesia pada abad ke-5 SM. Terlepas dari berabad-abad pengaruh eksternal, seperti misionaris Katholik abad ke-19, para penambang Australia selama demam emas, dan yang terakhir, musik pop, musik Papua berhasil mempertahankan akarnya.

Baca juga Naskah Kuno Batak dan Korwar Bersiap ke Europalia 2017

Raja Belgia Philippe Leopold Louis Marie dan Ratu Mathilde mengunjungi pameran yang menampilkan seratusan artefak kuno dari berbagai daerah di Indonesia. Menurut laporan Antara, Raja dan Ratu menyempatkan beberapa waktu membaca penjelasan yang tertera di sisi kiri bawah masing-masing artefak.

Artefak kuno itu antara lain Pustaha Laklak “Pangarambui”, kitab kulit kayu berasal dari Batak Toba sebelum 1940 yang berisi ilmu obat-obatan, horoskop, dan supranatural; Guri-guri, yakni tempat jamu Batak Toba dari 1936 yang dahulu digunakan dukun (datu) untuk mengobati pasien; dan Korwar, tengkorak leluhur yang ditemukan di Teluk Cendrawasih, Papua, berasal dari sebelum 1914. Korwar, yang dipercaya sebagai penuntun dan pelindung keluarga, dahulunya adalah pemimpin yang sangat berpengaruh, umumnya pria, terkadang perempuan.

Artefak itu berada dalam pameran Ancestor yang menampilkan aneka cara orang Indonesia menghargai leluhur, mulai dari kirab hingga mudik, yang masih mewarnai kehidupan masa kini.

Waruga, makam leluhur orang Minahasa. (Foto: Feri Latief)
Waruga, makam leluhur orang Minahasa. (Foto: Feri Latief)

Raja Leopold menyebut Festival Europalia Indonesia merupakan kesempatan Indonesia menampilkan keindahan dan keragaman seni budayanya kepada publik di Belgia. Raja juga berbicara dengan tentang motto Indonesia, yaitu Bhinneka Tunggal Ika, konsep yang diambil dari karya sastra di abad ke-14 yang mengajarkan toleransi beragama.

“Pancasila sebagai perisai. Di Eropa juga ada motto semacam itu, In varietate concordia, dan di Belgia disebut dengan Strength lies in unity,” katanya, seperti dikutip dari Antara.

Baca juga Harmoni Keragaman Europalia Indonesia

Europalia adalah festival seni yang berfokus pada satu budaya dalam bentuk program komprehensif, yakni di bidang musik, seni murni, fotografi, film, teater, tari, sastra, arsitektur, desain, fesyen, dan gastronomi. Yang ditampilkan mesti bertumpu pada empat pilar, yakni leluhur (heritage), kekinian (contemporary), penciptaan (creations), dan pertukaran (exchange). Dilaksanakan setiap dua tahun sejak 1969 berpusat di Brussel, Belgia.

Festival yang diklaim sebagai kegiatan seni terbesar, termegah, dan bergengsi di Eropa ini dikelola Europalia, lembaga nirlaba internasional yang dibentuk pada 1969 dan langsung berada di bawah naungan Raja Belgia Phillipe I. Tahun ini yang merupakan gelaran ke-26. Walau berpusat di Brussel, secara keseluruhan, Europalia diadakan di 50 kota di beberapa negara di Eropa.

Pengunjung pembukaan Europalia Arts Festival Indonesia 2017. (Foto: Feri Latief)
Pengunjung pembukaan Europalia Arts Festival Indonesia 2017. (Foto: Feri Latief)

Indonesia menjadi Guest Country – negara tamu kehormatan di Europalia Arts Festival 2017, merupakan negara ke-4 Asia dan pertama Asia Tenggara.

Baca juga Europalia Tayangkan Saur Sepuh

Sejak 17 September 2017, Indonesia telah membuat berbagai rangkaian kegiatan menjelang acara puncak. Arsitek Eko Prawoto, misalnya, memberikan kuliah terbuka dengan tema arsitek bambu di LOCI – Brussel. Komikus Yudha Sandy membawa komiknya, Atom Jardin, dan berbagi tentang teknik gambar komik serta pemotongan komik pada kertas di beberapa sekolah di Brussel.

Festival Seni Europalia Indonesia akan berlangsung 104 hari, dari 10 Oktober 2017 hingga 21 Januari 2018, melibatkan 486 pekerja seni dalam pelaksanaan 226 program di beberapa kota di Belgia dan enam negara Eropa lain, yakni Inggris, Belanda, Jerman, Austria, Prancis, dan Polandia.