Festival sastra dua tahunan Salihara kembali dihelat pada 7-28 Oktober 2017 di Komunitas Salihara, Jakarta. Mengusung nama Literature and Ideas Festival (LIFEs), festival ini merupakan bentuk baru dari Bienal Sastra Salihara yang telah berlangsung sejak 2011. Tidak sekadar menampilkan pembacaan berbagai literatur, LIFEs merupakan bentuk perhelatan sastra yang lebih mengedepankan perbincangan tentang ide dan gagasan.
Di perhelatan kali ini, LIFEs menyoroti Amerika Latin sebagai payung utama. Amerika Latin dipilih karena dianggap menawarkan berbagai pemikiran yang patut dipelajari dan didiskusikan, seperti genre sastra realisme magis, gerakan politik adat dan sosialis, teologi pembebasan, dan teori ketergantungan. Lewat tema “Membaca Amerika Latin: VIVA! REBORN!”, LIFEs akan mengajak khalayak mengetahui seluk beluk sastra Amerika Latin.
Direktur LIFEs yang juga kurator sastra Komunitas Salihara Ayu Utami menyatakan dalam pengantar kuratorialnya tentang alasan diangkatnya sastra Amerika Latin di perhelatan tahun ini.
“Amerika Latin selalu lantang dan menantang, Amerika Latin juga bisa diperbandingkan dengan Indonesia. Dari sejarah kolonialisme, rezim militer dan demokrasi, masalah lingkungan hingga pertemuan agama Abrahamik dan agama lokal,” catatnya.
Sepanjang festival yang diadakan selama tiga minggu, LIFEs akan menghadirkan forum-forum diskusi. Salah satunya yakni Diskusi Meja Bundar sebagai pertemuan pegiat budaya yang fokus pada diskursus budaya Amerika Latin. Perkembangan sastra dan pemikiran serta praksis sosial ekonomi politik akan dibahas tentunya.
Ada pula Pentas Sastra yang mempertemukan sastrawan Indonesia dan Amerika Latin dalam satu panggung bertajuk Pentas Malam: Sajian dari Selatan. Ziggy Zezsyazioviennazabriskie dan Feby Indirani menjadi sastrawan yang mewakili Indonesia, sedangkan dari Amerika Latin diwakili Carmen Boullosa (Meksiko) dan Hector Abad Faciolince (Kolombia). Mereka akan melakukan pembacaan singkat dan membuka perbincangan tentang isu-isu mutakhir seperti problematika politik dan iman yang jamak terjadi di dunia ketiga. Pada malam itu pula Pentas Sastra dilengkapi dengan pentas musik dan seni pertunjukan.
Pengunjung di festival ini juga bisa berpartisipasi dalam lokakarya. Seperti What’s in a Name? yang akan mengembangkan narasi tulisan dari sebuah nama, bersama Sergio Chejfec asal Argentina. Juga Seruput Cerita yang akan diampu Yusi Avianto Pareanom untuk mengelaborasi antara kopi dan fiksi. Tak ketinggalan pula rangkaian bazaar buku, pemutaran film, pertunjukan, dan pameran seni rupa yang bisa disambangi pengunjung.