Dalam perjalanan hidupnya, terhampar perlintasan masa di mana seni rupa Indonesia menorehkan kisah tentang Gerakan Seni Rupa Baru dan eksplorasi seni cetak.
Sebagai seniman yang ikut membawa cetak saring ke posisi diakui sebagai salah satu teknik seni grafis, juga eksponen Gerakan Seni Rupa Baru, sosok Priyanto Sunarto pasti memiliki banyak sisi menarik. Bukan hanya karya, tetapi juga dari sisi pemikiran dan gagasan.
Inilah yang mendorong Desain Grafis Indonesia (DGI) membuat acara peluncuran buku Pri S.: Serumpun Tulisan yang berisi kumpulan catatan pemikiran Priyanto dalam ceramah atau surat kabar, dan pameran berjudul “Pri S.: Sepilihan Karya dan Arsip” yang diadakan atas kerja sama dengan Selasar Sunaryo Art Space, di Selasar Sunaryo, 22 Juli 2016.
Selain menjadi seniman, Priyanto juga pernah menjabat staf pengajar di Institut Kesenian Jakarta sebelum akhirnya mengajar di almamaternya. Ia juga kartunis di majalah Tempo.
Dalam usaha menampilkan karya dan arsip seniman yang berpulang dua tahun silam ini, pameran “Pri S.: Sepilihan Karya dan Arsip” yang berlangsung dari 22 Juli sampai 14 Agustus 2016 menghadirkan kembali karya desain, seperti poster, sampul buku, kalender, dan logo, di samping karya seni rupa, seperti grafis cetak saring, drawing, dan karikatur, serta memorabilia, seperti katalog pameran hingga koleksi bungkus rokok.
Karya-karya ini hasil pinjaman dari pihak keluarga, sehingga untuk karya-karya yang sudah menjadi koleksi institusi lain, pihak penyelenggara hanya menunjukkannya dalam bentuk mural replika. Namun, bagaimanapun, pameran ini tetap penting dan peninggalan seorang Priyanto Sunarto diharapkan bukan hanya mampu memberi gambaran sosoknya pada desainer atau seniman muda, tapi juga mengangkat kembali gagasan-gagasan yang belum banyak dibicarakan darinya.
*Ulasan lengkap Mencetak Kembali Sosok Priyanto Sunarto dapat dibaca di majalah Sarasvati edisi Agustus 2016