Seniman Andy Warhol sudah 30 tahun berpulang, namun ada karya yang baru lahir atas namanya. Apa mungkin?
Andy Warhol (1928-1987) menyebut studio legendarisnya pada 1960-an sebagai The Factory (pabrik) bukan tanpa alasan. Di Factory, dia punya banyak asisten yang mengerjakan sebagian besar karyanya.
Baca juga Menyambut MACAN ke Tengah Publik Indonesia
Merekalah yang mengerjakan lukisan cetak sablon yang jadi ikon Warhol, seperti Elvis Presley, Marilyn Monroe, dan Jackie O. Malah terkadang, asisten dan ibu Warhol-lah yang membubuhkan tanda tangan atas nama Warhol.
“Rasanya harus ada orang yang dapat mengerjakan lukisan saya untuk saya,” ujar Warhol dalam wawancara dengan Gene Swenson pada 1963. “Lebih bagus lagi jika lebih banyak orang yang mengerjakan sablon agar tak ada yang tahu apakah karya saya itu buatan saya atau buatan orang lain.”
Baru-baru ini, seperti diberitakan BBC, Paul Stephenson mengerjakan ulang lukisan Warhol yang berusia lebih dari 50 tahun, yang tak pelak memicu debat tentang sejauh mana seseorang boleh berkarya atas nama seniman setelah si seniman meninggal dunia.
Stephenson membuat versi baru dari karya Warhol dengan melacak aset asli, lukisan, dan produk cetak seniman pop tersebut, untuk kemudian membuat ulang keseluruhan proses semirip mungkin, bahan-bahan dan metodenya.
Lukisan-lukisan baru Mao, Jackie O, Electric Chair, dan Self-Portrait itu akan dipamerkan di Buy Art Fair di Manchester, Inggris, 27-29 Oktober 2017, bertajuk “After Warhol”.
Proyek Stephenson dimulai ketika dia membeli 10 selulosa asetat – negatif film berukuran lebar – yang berisi gambar ikon-ikon yang Warhol gunakan untuk mencipta cetak saring (sablon)-nya.
Baca juga Karya Arsitektur IAWS Dipamerkan di Roemah Seni Sarasvati
Dahulu asisten mengerjakan sebagian besar fisik karya tersebut, sedangkan Warhol mengerjakan langsung di atas selulosa asetat hingga siap cetak.
Stephenson membawa selulosa asetat itu ke salah satu screenprinter langganan Warhol di New York, Alexander Heinrici, yang menawarkan bantuan menggunakan selulosa asetat tersebut untuk membuat lukisan baru.
“Saya tidak bilang lukisan-lukisan itu karya Warhol,” ujar Stephenson. “Ini merupakan kerja sama paksa karena pelukis aslinya tidak tahu menahu.”
Stephenson tidak menyebut lukisan-lukisan baru itu sebagai karya anumerta Warhol (posthumous, karya yang lahir setelah Warhol wafat). Namun Rainer Crone, salah satu pemegang otoritas utama Warhol dan yang pertama membuat katalog karya seniman tersebut, pernah mengatakan tak mustahil jika karya-karya macam itu digolongkan sebagai karya anumerta Warhol.
Baca juga Singgih, Kreator Radio Kayu yang Mendunia
Crone wafat pada 2016 tapi dia sempat melihat karya penciptaan kembali yang dibuat Stephenson. Crone kemudian mengiriminya email dengan pesan, “Lukisan dari positif film ini memenuhi syarat-syarat tertulis dan dieksekusi secara anumerta oleh para profesional (akademisi sekaligus pelukis) adalah lukisan asli Andy Warhol.”
Lukisan Stephenson tidak sama identik dengan lukisan asli Warhol, tapi dianggap cukup mendekati.
Stephenson mengatakan dia cuma menanyakan satu hal, “Jika pakar tentang Warhol mengatakan bahwa lukisan itu karya Warhol, dan kita mengupayakan seluruh proses mekanis seperti yang dilakukan seniman aslinya, lalu si seniman asli mengatakan ‘Saya ingin orang lain membuat lukisan saya’, – apa namanya?
“Saya tidak tahu apa jawabannya.”
Karya-karya Stephenson akan dijual seharga 4 ribu hingga10 ribu pounds (atau setara Rp71 juta hingga Rp177 juta). Fakta bahwa harga untuk karya ulang (recreation) Paul Stephenson menggelinding beberapa nolnya adalah bukti bahwa dia tidak mengharapkan karya-karya tersebut dianggap sebagai karya asli Warhol.
Pakar Warhol, Richard Polsky, yang menyediakan jasa memeriksa keaslian karya Warhol, mengatakan lukisan Stephenson tak sepatutnya dianggap sebagai karya anumerta Warhol.
“Saya suka kejujurannya. Dia tidak mengklaim bahwa Andy yang melukis, dia mengklaim dialah pelukisnya,” ujar Polsky. “Saya juga perhatikan dia memberi harga sangat terjangkau. Bagus itu.
“Rasanya dia seperti berupaya memanjangkan karier Warhol yang sudah tiada. Walau ada pesonanya, tapi sepertinya dangkal.”
Baca juga Cihampelas, Seruas yang Berbenah
Menurut kurator Warhol Museum di Pittsburgh, AS, Jessica Beck, ada satu kunci perbedaan antara orang lain membuat lukisan Warhol di Factory saat Warhol masih hidup, dengan orang lain membuatnya sekarang.
“Warhol selalu terlibat dalam produk akhir,” ujar Beck, menjelaskan bahwa si seniman mengawasi segalanya di Factory dan terlibat juga setelah karya itu lahir.
“Ide mengambil lukisan besarnya dan membuat ulang karya Warhol tanpa dialog dengan Warhol – yang tentu saja sekarang sudah tiada – maka itu problematik.
Ada contoh lain dari karya yang dibuat atas nama seniman setelah kematian mereka, yakni karya anumerta Degas dan Rodin. Patung perunggu mereka dibuat lagi menggunakan desain asli mereka kemudian dijual dengan harga lebih murah.