Galeri Hadiprana menggelar pameran tujuh pelukis modern Bali dari 17 Februari  hingga 16 Maret 2013. Ketujuh seniman ini telah lama bekerja sama dengan Hendra Hadiprana, pemilik Galeri Hadiprana, dalam sejumlah projek interior. Relasi dunia interior dengan seni rupa memang telah lama terjadi. Banyak  karya rupa, seperti lukisan, patung, dan instalasi, dilibatkan untuk mengisi ruang baik itu rumah pribadi maupun perkantoran. Di sinilah muncul relasi dengan ranah desain interior. Masalahnya, apakah relasi ini kerap berjalan seimbang atau apakah relasi ini mengorbankan salah satu pihak?

Highlight:

Di ranah desain interior nama Hendra Hadiprana cukup dikenal sebagai arsitek dan desainer interior yang kerap melibatkan karya-karya seni rupa ke dalam projek-projek penataan ruang yang dilakukannya. Terutama karya rupa dari Bali. Hal ini ditandai dengan pameran Bridging Two World yang digelar untuk menandai 15 tahun kerja sama antara ketujuh perupa dari Bali dengan Hendra Hadiprana. Kolaborasi ini memang menempatkan karya rupa dari sisi aspek fungsional – mengisi dan melengkapi ruang – yang untuk sebagian orang mempengaruhi nilai jual sebuah karya. Namun apakah aspek ini mempengaruhi kualitas dan nilai estetik sebuah karya dan apakah proses kreatif seniman tetap terbebaskan dengan adanya kerja kolaborasi ini?

  • Pameran Bridging Two World memperlihatkan pengolahan tujuh seniman Bali, yang memang masih di level menengah dalam nilai penjualan karya-karya mereka di market. Di pameran ini, penikmat seni bisa melihat bagaimana karya-karya mereka diciptakan untuk merespons keperluan interior dengan tema yang masih menjadi favorit di dunia interior.
  • Kesan “pesanan” tidak bisa dilepaskan dalam karya rupa yang terlibat dalam projek interior. Ini karena ada prinsip utama dalam dunia interior, melakukan pemilihan karya seni rupa yang sebaiknya memiliki pengaruh positif baik secara psikologis, sosial, serta artistik terhadap ruang dan penghuninya. Selain itu juga harus memiliki nilai investasi.
  • Projek kolaborasi antara interior dengan seni rupa tak selalu berjalan mulus. Ada sejumlah kasus yang memperlihatkan bahwa seniman tidak bisa mengkompromikan ide kreatifnya dengan visi klien. Di sinilah diperlukan proses dialog yang harus dimulai sejak sebelum projek itu dilakukan.

Karya-karya “pesanan” yang diinisiasi dari projek interior telah dimulai sejak dulu bahkan pada masa Renaissance, banyak seniman-seniman yang diminta untuk melukis interior gereja. Di sinilah kita melihat bahwa interior memerlukan karya-karya rupa tidak hanya untuk mengisi ruang, namun juga untuk memenuhi aspek kebutuhan biofisika, psikologis, sosio ekonomi, budaya, dan spiritual manusia.

Read more…