Dunia seni tanah air dirundung duka. Pekan lalu (3/7), John Mamesah, salah satu kolektor besar Indonesia menghembuskan nafas terakhir pada usia 88 tahun. Beliau merupakan kolektor paling senior dan konsisten asal Bandung.
John Mamesah, pendiri PT Sidola, dikenal sebagai salah satu kolektor terbesar Edhi Sunarso dan Sidik Martowidjojo. Selama hidupnya, ia memang getol mengoleksi karya-karya seniman tanah air. Mulai dari beragam lukisan karya Old Masters seperti Lee Man Fong, Basuki Abdullah, Abdullah Soeriosubroto, Affandi, Edhi Sunarso hingga Sidik Martowidjojo.
Ia sadar betul bahwa seni merupakan identitas dan ingatan kolektif suatu bangsa. Untuk itu, ia tak pernah ragu untuk menjadi patron bagi para seniman Indonesia bahkan berani membeli karya mereka dengan harga tinggi. Salah satu seniman yang terus ia dukung adalah pematung terkenal Edhi Sunarso.
Baca juga Korporasi Pilar Apresiasi Seni
Edhi Sunarso adalah pematung kesayangan Bung Karno yang tiga karya monumentalnya menghiasi beberapa sudut ibukota: Monumen Dirgantara, Monumen Pembebasan Irian Barat, dan Monumen Selamat Datang. Perkenalan keduanya bermula atas inisiasi Oei Hong Djien (OHD). Kala itu, John Mamesah terkagum-kagum dengan patung “Kedinginan” yang dipasang di OHD Museum. Patung tersebut tak lain karya dari Edhi Sunarso yang memang dihadiahkan untuk OHD.
OHD pun mengenalkan John Mamesah kepada Edhi Sunarso. Sejak saat itu, keduanya berteman dekat dan John menjadi kolektor terbesar karya-karya Edhi. Selain itu,Edhi juga pernah mensponsori dan berpartisipasi dalam peresmian patung “Potret Wajah Terakhir Putra Fadjar”. Patung ini selanjutnya disumbangkan kepada ISI Yogyakarta pada 2010. Enam tahun berselang, Edhi Sunarso mesti lebih dulu kembali ke Maha Kuasa pada 4 Januari 2016.
Selain Edhi Sunarso, John Mamesah juga mengoleksi lukisan-lukisan dari Sidik W. Martowidjojo, yang dikenal dengan spesialisasi chinese painting atau lukisan gaya Tiongkok, digabung dengan teknik lukis Barat. Dia lah pelukis Indonesia pertama yang berhasil memamerkan karya sekaligus memperoleh dua penghargaan dari Louvre International Art di Carrousel du Louvre, Paris, Prancis pada 11-14 Desembar 2014. Karya-karya Edhi dan Sidik pun disimpan di kediaman John di Bandung.
Baca juga Sidik Painting, Sapuan Baru Kuas Sidik Martowidjojo
Kini, sosok yang penuh canda itu telah tiada. Namun hal ini tidak serta merta menghilangkan semangatnya untuk memelihara kesenian bangsa. Warisan pandangan, kecintaan, dan semangatnya terhadap seni akan diteruskan oleh putra pertamanya, Haudy Mamesah. Mengemban harapan sang ayah bahwa suatu saat nanti, bangsa Indonesia akan menghargai seni sebagaimana bangsa Eropa yang menganggap seni sebagai bagian diri mereka.