Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) kembali menyelenggarakan program unggulannya selama lebih dari dua dekade, Suara Jernih dari Cikini, yang dikemas dalam bentuk pidato kebudayaan.
Tradisi tahunan ini diadakan bertepatan dengan perayaan ulang tahun Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki, 10 November 2017, di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
Bac juga Merangkul Keragaman lewat Seni
Untuk tahun ini, DKJ memilih Roby Muhamad PhD, seorang fisikawan, statistikawan, sosiolog, dan entrepreneur yang lahir dari “kebosanan”. Dia melaporkan pandangan mata, hasil 25 tahun terakhir mencatat eksplorasi di bidang sains, psikologi, biologi, dan sosial.
Dalam pidato bertajuk Nostalgia tentang Masa Depan Manusia, Roby mengajak kita menengok perilaku dan budaya sembari mengalahkan “gaya gravitasi” diri sendiri, untuk meraih kebebasan.
Peradaban manusia sedang berada pada lampu kuning, masa transisi. Lampu kuning akibat kantong “spesialisasi” yang tertutup, kantong-kantong arogansi untuk menyelamatan peradaban.
Setelahnya, keadaan bisa membaik menjadi lampu hijau, atau malah memburuk menjadi lampu merah. Karenanya manusia perlu keluar dari kantong-kantong tersebut.
Indonesia, menurut Roby, adalah jalan tengah, tempat hitam bertemu putih menjadi abu-abu. Sama halnya dengan ambigu yang menjadi sumber keberagaman dan kreativitas.
Baca juga Menag Lukman Hakim: Tampilkan Agama Secara Promotif
Kekuatan Indonesia adalah kelihaiannya mengelola ambiguitas. Dengan kekuatan ambiguitas ini Indonesia dapat menjadi salah satu sumber utama kreativitas dan keberagaman dunia. Seperti disampaikan Roby berikut:
“Jadi untuk engkau Indonesia, tidak perlu engkau kembali ke abad silam. Tidak perlu engkau menjadi raksasa ekonomi. Tidak perlu engkau menjadi pemimpin teknologi.
“Dalami dan perluas saja keahlianmu mengelola ambiguitas sehingga menghasilkan kreativitas dan keberagaman. Lalu tunjukkan pada dunia bagaimana memasuki gelombang pencerahan ketiga di mana kreativitas dan keberagaman menjadi panglima.”
Suara Jernih dari Cikini menawarkan pemikiran-pemikiran kritis terkait persoalan-persoalan kesenian, kebudayaan, dan peradaban. Pemikiran otonom yang terbebas dari model budaya komando yang represif mengecilkan perbedaan.
“Menjadi keistimewaan ketika suara-suara jernih ini menggaung dari satu ruang dialektika ke ruang dialektika lainnya; ditinjau dan dikritisi, mengusik-usik kesadaran moral dan kognitif, alhasil mampu bertindak bijak dalam mengusung perbedaan,” ujar Pengurus Harian DKJ Irawan Karseno dalam sambutan.
Baca juga Erotisisme dan Religiositas dalam BWCF
Suara Jernih dari Cikini dibuka dengan kelompok vokal Bina Vokalia menyanyikan medley lagu anak-anak serta suguhan musik oleh Fine Tuning Creation (AFTC) yang merupakan proyek tunggal Aryo Adhianto, seorang keyboard adventurist dari Jakarta.