Lewat arsip pribadi yang ditulis dalam rentang 30 tahun, sisi personal Nirwan Dewanto yang jarang tersentuh kini terangkat ke permukaan.
“Ia ingat. Ia ingat akan sehimpun gambar itu. Atau, jika ia tidak mengingat-ingat, gambar-gambar itulah yang selalu datang kembali padanya. Sekian gambar dari masa kecilnya. Paling tidak satu gambar kecil, tapi yang satu ini selalu memanggil gambar-gambar yang lain, sampai terciptalah sebuah mozaik panjang.
“Ia hanya akan memilih salah satu gambar, dan menerjemahkan ke dalam bahasanya sekarang. Sebuah anakronisme: bagaimana mungkin yang sudah lampau itu ditubuhkan lagi dengan bahasa paling kini, bahasa yang dipakainya untuk mengulas seni rupa? Tapi ia berusaha. Supaya ia tahu ia tak pernah kehilangan.” (Penggalan Jalan, Nirwan Dewanto)
Pertemuan Nirwan Dewanto dengan seni rupa semasa kecil meninggalkan kesan tersendiri yang menginspirasinya untuk menuliskan prosa bertajuk Jalan. Penggalan prosa tersebut dia torehkan lewat kuas dan tinta cina ke atas kertas gulungan. Bersama dengan penggalan prosa dan puisinya yang lain, karya tersebut digantung di dinding-dinding ruang pamer Dia.Lo.Gue Artspace, Kemang, Jakarta Selatan.
Kaligrafi yang ditampilkan penulis dan kritikus seni rupa tersebut tentunya bukan tanpa arti. Mereka adalah potongan-potongan tulisan yang diambil dari buku terbaru Nirwan, Satu Setengah Mata-Mata, yang diluncurkan bersamaan dengan pameran “Archival Exhibition”, arsip personal Nirwan, pada 2-11 September 2016.
Ruang pamer Dia.Lo.Gue Artspace tidak hanya dihiasi gulungan kaligrafi. Delapan meja berselubung kaca berderet menyimpan arsip-arsip pribadi yang tertata rapi. Beberapa karya lukis dan sketsa rupa diri turut bergabung di antara kumpulan tulisan tangan yang terhubung secara langsung maupun tidak langsung dengan Satu Setengah Mata-Mata.
Apabila mata kita jeli untuk menelisik arsip pribadi ini, kelindan antara dunia kepenulisan dan seni rupa yang selama ini Nirwan geluti nyata adanya. Pertemuannya dengan dunia seni rupa , berbagai museum, ataupun seniman, dituliskan dalam lembar-lembar catatan harian. Lewat pertemuan-pertemuan itulah Nirwan membingkai memorinya dalam tulisan dan coretan, sebuah brankas khusus yang menyimpan kekayaannya; wadah pengalaman dan pemahaman.
*Ulasan lengkap Menjelajahi Perpanjangan Tubuh Nirwan Dewanto dapat dibaca di majalah Sarasvati edisi Oktober 2016.