Kopi, menjadi salah satu komoditas yang penting di Indonesia. Hasil produksinya bahkan menempati urutan keempat terbesar di dunia setelah Brasil, Vietnam, dan Kolombia.
Kopi Indonesia sejatinya telah lama mencatatkan diri dalam sejarah kopi. Pada tahun 1922, William H. Ukers melalui bukunya All About Coffee menyebutkan bahwa kopi Padang dan Mandheling merupakan kopi terbaik dan termahal di dunia. Posisi kopi Indonesia yang lain yakni kopi Java, juga memiliki posisi spesial karena menjadi nama generik untuk sebutan secangkir kopi lewat istilah “a cup of Java” yang mendunia.
Baca juga Dari Afrika, Kopi Menyihir Dunia
Sayangnya, kejayaan kopi Java yang muncul dari jenis arabika ini sempat surut ketika penyakit karat daun menyerang pada tahun 1880 dan digantikan oleh jenis robusta yang lebih tahan terhadap penyakit. Di sinilah asal muasal berkembangnya produksi kopi robusta di Indonesia, bahkan produksinya mencapai 463 ribu ton dari total produksi kopi nasional sebanyak 637 ribu ton pada 2017.
Di sisi lain, angka pertumbuhan konsumsi kopi di Indonesia mengalami peningkatan sebesar 6,3 persen dalam lima tahun terakhir. Hal ini terjadi seiring adanya fenomena Third Wave Coffee yang ditandai dengan kemunculan tren gerai-gerai kopi yang tak hanya menyediakan kopi, namun juga pengetahuan bagi pengunjung.
Baca juga Evolusi Gelombang Budaya Kopi
Meski begitu, Indonesia dinilai belum memiliki strategi yang jelas terhadap arah pengembangan kopi yang benar guna meningkatkan hasil produksinya. Produktivitas Indonesia yang hanya 500 kg per hektare, kalah jauh dibanding Vietnam yang produktivitasnya mencapai 2,7 ton per hektare dengan luas lahan 630 ribu hektare.
“Dengan luas lahan perkebunan yang mencapai 1,2 juta hektare, Indonesia dinilai belum memaksimalkan produktivitas lahannya,” kata Menteri Koordinator BIdang Perekonomian Darmin Nasution saat meluncurkan buku roadmap kopi berjudul Arah Kebijakan Kopi Indonesia Menghadapi Tantangan Kompetisi, Perubahan Iklim, dan Kondisi Kopi Dunia (Strategi Kopi Indonesia Jangka Pendek, Jangka Menengah, dan Jangka Panjang) di Graha Sawala, Gedung Ali Wardhana, Jakarta, Kamis (26/4).
Baca juga Kafe Kekinian, Desain Sederhana hingga Konsep Self Service
Peluncuran buku ini merupakan upaya pemerintah untuk menggerakan kepedulian lebih terhadap kopi. Beberapa cara yang ditekankan adalah mengembangkan bibit kopi dengan baik, melakukan penanaman bibit kopi yang tepat untuk jenis tertentu sesuai dengan keadaan wilayah di Indonesia, dan memperbaiki produktivitas kopi.
Selain itu, buku ini diharapkan menjadi acuan informasi yang komprehensif mengenai kondisi kopi secara domestik maupun global. Berbagai informasi lainnya yang dipaparkan dalam buku ini adalah potensi, tantangan, serta strategi kebijakan jangka pendek hingga jangka panjang pemerintah dalam merespons perkembangan komoditas kopi.
Baca juga Sarasvati Inisiasi Crossover Program
“Kalau ingin rakyat sejahtera kita harus serius mengurus kopi. Kalau marjinal dan hanya asal-asalan, hanya akan menyengsarakan rakyat. Jika produktivitas rendah dan bibit jelek, rakyat tidak akan percaya dan beralih ke komoditas lain,” ujar Lin Che Wei selaku Policy Advisor Kemenko Perekonomian di acara peluncuran.
Kopi juga menjadi tema Crossover Project Sarasvati yang akan dihelat pada Juni – Oktober 2018, yang mempertemukan seniman, karya seni, dan pengambil kebijakan publik.