“Pesona Silat Jawa-Minang”. (Foto: Istimewa)

Karya dua koreografer Eko Supriyanto dari Surakarta dan Ali Sukri dari Padang Panjang akan ditampilkan secara bersamaan dalam tajuk “Pesona Silat Jawa-Minang” di NuArt Sculpture Park, Bandung, 10 September 2016.

Karya mereka memiliki kesamaan inisiasi gerak, yakni silat, sebagai dasar koreografi dan filosofi dalam penciptaannya.

Dua koreogafer tari kontemporer ini berasal dari dua generasi yang berbeda. Eko Supriyanto memasuki fase puncak kariernya pada era 2000-an hingga sekarang, dan Ali Sukri muncul sekitar 10 tahun sesudahnya. Hal ini terepresentasikan secara signifikan dalam karya mereka.

Meski keduanya memiliki kualitas stamina, endurance, kecerdasan,dan kepekaan visual yang sama kuat, namun cara pandang mereka terhadap penciptaan karya ini sangat berbeda.

Ali Sukri, dengan dasar Silat Minang, menciptakan Tonggak Raso yang mengambil sudut pandang ke arah luar. Yakni pentingnya tonggak dalam diri seseorang sebagai mekanisme pertahanan diri dalam menerima berbagai pengaruh dari lingkungan luarnya.

Sementara itu Eko Supriyanto, yang memiliki dasar Silat BIMA di Magelang, memilih untuk menggali ke dalam. Dia menelusuri akar tanah dan filosofi leluhurnya sebagai upaya penguatan identitas, yang ia wujudkan dalam sebuah interpretasi gerak yang dituangkan dalam karya “tra.jec.to.ry”.