Parfum Bau Tanah di Pameran Bodies of Power / Power for Bodies

0
4955
Karya Parfum Bau Tanah dari Julian Abraham Togar (Doc. Riski Januar)

Layaknya sebuah stand promosi produk, lebih dari selusin botol parfum ditampilkan Julian Abraham “Togar” di pameran bertajuk “Bodies of Power / Power for Bodies” di Cemeti – Institut Untuk Seni dan Masyarakat, Yogyakarta pada tanggal 24 Agustus 2018.

Karya Parfum Bau Tanah dan Tepung Tayamum dari Togar merupakan salah satu dari 11 karya yang dipamerkan. “Bodies of Power / Power for Bodies” merupakan program pertama dari serangkaian kegiatan yang akan berlangsung dengan beberapa proyek solo, kelompok dan penelitian di Cemeti.

Pameran yang dikuratori oleh Alec Steadman ini bertujuan untuk menciptakan basis demi mendukung dan merefleksikan praktik yang dilakukan oleh para seniman dan kelompok mengenai keterlibatan warga dalam seni.

Steadman merupakan kurator yang berasal dari Inggris, saat ini dia tergabung dalam Associate Curator di Institut Seni Cemeti dan sering terlibat dalam proyek seni internasional diantaranya sebagai Artistic Director di Contemporary Image Collective (CIC), Kairo (2013-2014).

“Project ini merespons berbagai isu yang ada dalam masyarakat seperti tanah, air, makanan, pendidikan, identitas dan kepercayaan,” ucap Steadman.

Karya-karya pada pameran ini menampilkan berbagai bentuk bahasa artistik, metode dan cara bekerja yang beragam. Beberapa seniman menampilkan karya kolaborasi dengan komunitas tertentu dan sebagian lainnya mencoba secara kritis merefleksikan situasi politik saat ini.

Dibuka Dengan Pawai

Pembukaan pameran ini ditandai dengan digelarnya pawai dari lapangan Minggiran dan berakhir di depan ruang pamer Cemeti. Pawai tersebut merupakan karya kolaboratif dari seniman Arahmaiani Feisal dan Perkumpulan Kebudayaan Tritura bersama Kelompok Pemuda Yogyakarta selama satu tahun lebih.

Arahmaiani banyak dikenal melalui karya performance, lukisan, dan instalasi. Perempuan yang lahir di Bandung tahun 1961 ini kerap menggunakan tubuhnya sendiri untuk mengangkat isu sosial-politik. Sedangkan di karya kolaboratif ini, Arahmaiani menggandeng sekelompok anak muda dari lingkungan yang memiliki angka pengangguran tinggi dan rentan kriminalitas untuk memberikan ruang kreatif lewat seni.

Arak-arakan pawai dari Komunitas Tritura dan Kelompok Pemuda Yogyakarta yang merupakan sebuah karya kolaboratif dari Arahmaiani Feisal (Doc. Riski Januar)
Arak-arakan pawai dari Komunitas Tritura dan Kelompok Pemuda Yogyakarta yang merupakan sebuah karya kolaboratif dari Arahmaiani Feisal (Doc. Riski Januar)

“Karya kolaboratif ini bertujuan untuk memberikan ruang yang aman bagi mereka untuk berkumpul dengan menciptakan sebuah kegiatan yang mengombinasikan budaya tradisional dan modern sebagai refleksi situasi di sekitar mereka,” ucap Steadman.

Pawai ini berisikan sekelompok orang yang menggunakan pakaian prajurit Keraton yang mengawal seorang perempuan sedang mengarak bendera merah bertuliskan “guyub”.  Di ruang pamer, bendera tersebut dikibarkan melalui tarian yang diiringi dengan pertunjukan rap, beatbox, dan street dance.

Parfum Bau Tanah dan Tepung Tayamum

Seorang laki-laki yang berpenampilan seperti sales sibuk menjelaskan parfum kepada pengunjung pameran. Hal ini merupakan bagian karya instalasi performatif Parfum Bau Tanah dan Tepung Tayamum dari Julian Abraham “Togar” di salah satu sudut ruang pamer Cemeti.

Togar merupakan seniman, musisi, dan peneliti yang lahir tahun 1987 di Medan. Karya-karya togar kerap diasosiasikan dengan kata generatif, manipulatif, dan dematerialisasi. Pada tahun 2017 Togar juga pernah menggelar pameran tunggal bertajuk “Sebelum Gendang” di Kedai Kebun Forum, Yogyakarta.

Dalam karyanya kali ini, Togar merespon metafora “bau tanah” yang sering digunakan untuk menggambarkan orang berusia sangat tua dan akan meninggal dunia. Terlihat bagaimana sang seniman merespons isu religiositas dan metafora menjadi sesuatu yang bisa disentuh dan digunakan.

Seorang laki-laki berpenampilan sales sedang menjelaskan karya Tepung Tayamun Julian Abraham Togar
Seorang laki-laki berpenampilan sales sedang menjelaskan karya Tepung Tayamun Julian Abraham Togar. (Doc. Riski Januar)

“Metafora ini dipengaruhi oleh agama monoteistik, dimana terdapat kepercayaan tubuh manusia terbuat dari tanah,” tulis Steadman dalam penjabaran konsep karya Togar.

Parfum bau tanah ini terbuat dari bahan pembuat genteng di Jatiwangi, Jawa Barat. Karya ini bertujuan untuk membuat metafora bau tanah menjadi nyata, sehingga bisa dirasakan melalui hidung secara langsung.

Adapun tepung tayamum yang dibuat oleh Togar merupakan satu paket debu kering yang terbuat dari material pembuat genteng. Material ini didapat dari tanah lokasi pembangunan Bandara Kertajati, Jawa Barat.

Tayamum merupakan sebuah ritual keagamaan Islam yaitu menyucikan diri (wudhu) menggunakan pasir kering atau debu ketika tidak tersedia air di suatu tempat.

Togar membuat karya ini khusus untuk mereka yang memiliki mobilitas tinggi, sering bepergian, dan sangat memerlukannya untuk sholat dalam perjalanan. Sedangkan sosok sales, menjadikan karya ini berbentuk instalasi performatif yang secara tidak langsung mengonversi karya layaknya sebuah produk.

Karya-karya dari Togar dan Arahmaiani sedikitnya bisa menunjukkan bahwa seni mampu menjadi alternatif lain untuk memberi solusi atas isu dan fenomena yang berkembang ditengah masyarakat.


Bodies Of Power / Power For Bodies Exhibition

Cemeti- Institute for Art and Society, 24 Agustus – 19 September 2018.

Jl. D.I Panjaitan 41, Yogyakarta

www.cemeti.org

Ticket : Free