Generasi Kedua SDI

Masuk ke generasi kedua SDI, seniman generasi 80-an mulai mengembangkan karya-karya dengan adanya pergeseran paradigma dari kode estetik yang telah dijalankan oleh generasi sebelumnya. Selain itu, generasi 80-an lebih mempertegas kecenderungan abstrak dan dekoratif lewat gaya tiap individu, serta menggeser nilai seni rupa Bali yang tadinya sakral menjadi lebih sekular.
Seniman-seniman yang berjaya pada masa ini diantaranya I Gusti Nengah Nurata, Nyoman Erawan, Made Budhiana, Nyoman Wibawa, Made Bendi Yudha, Made Ruta, Made Sudibia, Made Djirna dan Wayan Gulendra.
Baca juga Kekuatan Terpendam Itu Bernama Garis
Nyoman Erawan salah satunya, menjadi yang paling menonjol karena kreativitasnya dalam mengungkap dan menafsir ulang simbol-simbol Bali dalam gaya abstrak. Bakti Wiyasa menuliskan bahwa, akibat dari cara Erawan berkarya adalah adanya teknis dan paradigma baru dalam mencerminkan mitologi Hindu dan falsafah lokal, serta “mencerminkan pengalaman estetis seorang manusia Bali yang telah mengalami lingkungan dan semangat baru”.
Seniman lain di generasi ini yang juga patut diperhitungkan adalah Made Djirna. Seniman kelahiran 16 Juni 1957 ini sempat mengalami beberapa kali perubahan dalam berkesenian, mulai dari eksplorasi dua dimensi hingga membuat proyek dari barang temuan (found objects).

Menurut Oei Hong Djien (OHD), kolektor yang tinggal di Magelang, Djirna dulu dikagumi karena kecepatan bekerjanya. Ia juga pribadi yang senang bersosialisasi dan rajin ikut upacara keagamaan, yang sayangnya sering menyita waktu berkaryanya.
Kalau terdesak waktu, Djirna menggunakan tangan dan kakinya yang disebut OHD seperti orang kesurupan. Namun, cara kerjanya yang cepat dan ekspresif dari Djirna itu lambat laun berubah menjadi lebih kontemplatif dan dekoratif.
“Kanvas Djirna menjadi penuh, butuh waktu lama dan kerja yang detail (dalam pengerjaannya). Warnanya pun berubah dari gelap menjadi warna terang, seperti hijau yang eye-catching dan sebagainya. Sekarang, dia jadi lebih monokrom dan keluar dengan warna hitam, putih, atau abu-abu, serta bereksplorasi dengan cat air. Meski begitu, Djirna tetap menjadi seniman unggulan buat saya,” jelas OHD.

Tak hanya karya dua dimensi, Djirna juga melakukan eksplorasi dengan membuat karya dari found objects. Salah satunya karya instalasi bertajuk Unsung Heroes yang tampil di Jakarta Biennale 2017, terbuat dari ratusan batu yang berukir aneka wajah.




