9. Yoshi Fajar Kresno Murti

Yoshi Fajar Kresno Murti adalah lulusan Jurusan Arsitektur Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Dia banyak berpraktik dengan konsep arsitektur anarkis (mandiri dan terlepas dari sistem).
Pria kelahiran 1 Maret 1977 ini juga arsitek yang peka dengan ketukangan, semua karyanya kaya dengan kepekaan akan struktur dan material. Dia tidak pernah menyebut diri sebagai arsitek, namun kepala tukang.
Yoshi sangat aktif di kegiatan sosial dan literatur serta menjadi salah satu pendiri Indonesian Visual Art Archive (IVAA) bersama Farah Wardhani. Pada 2012, Yoshi menulis buku The Pating Tlecek Arsitektur, tentang rumah seniman Eko Nugroho yang dirancang oleh Eko Prawoto. Yoshi juga terlibat di penulisan beberapa buku bertema ’65, terlibat di grup Bali Tolak Reklamasi, dan vokal dalam perlawan di konflik agraria.
Beberapa karyanya yang menarik adalah rumah sejarawan JJ Rizal (Komunitas Bambu a.k.a Kobam) di Depok Jawa Barat, Rumah Baca Cimot (2015), Taman Tino Sidin (2014), dan Galeri Lorong (2013), tiga terakhir berada di Yogyakarta.

Rumah Baca Cimot adalah rumah tinggal sang arsitek bersama istrinya, Maria Adriani, dibangun mulai 2014 di atas lahan kosong seluas 200 meter di Dusun Dukuh, Sinduharjo, Sleman, Yogyakarta. Kekhasannya adalah dibangun dari materal sisa, ruang-ruangnya tanpa peruntukan khusus, dan menjadi rumah bagi 4 ribu buku beragam tema.
Nama “Cimot” dipilih untuk mengenang kucing peliharaan mereka yang menyukai pemandangan sawah, persis lokasi rumah ini, namun si piaraan lebih dulu mati sebelum rumah rampung.




