Sebagai bagian dari perayaan 100 tahun seniman Basoeki Abdullah, Rumah Jawa Gallery dan Museum Basoeki Abdullah Jakarta akan menyelenggarakan sebuah pameran seni rupa dan seni pertunjukan dengan tema “Legacy of Java Culture: Basoeki Abdullah”. Pameran yang akan berlangsung dari 29 Agustus -9 September 2015 di Rumah Jawa Gallery ini bertujuan untuk mengenang kembali perjalanan karier Basoeki Abdullah sebagai seorang maestro seni lukis Indonesia.

Ketika ditemui pada acara sosialisasi pameran pada selasa malam 7 Juli 2015, kurator pameran Bambang Asrini Widjanarko menyatakan bahwa pameran kali ini akan lebih mengedepankan elemen kesenian dan ilmu pengetahuan Jawa yang tercermin dari karya-karya Basoeki Abdullah. Bermula dari gagasan tersebut, pihak kurator dan penyelenggara pameran lalu mengundang sebanyak 11 perupa yang terdiri dari dua pematung dan sembilan pelukis dari Jawa dan Bali.

“Lukisan Basoeki Abdullah akan menjadi lebih kaya lagi jika tidak hanya mengulik soal erotisme dan mistisisme,“ ujar Bambang. “Banyak juga orang berpendapat bahwa Basoeki Abdullah hanya melukis tema-tema mooi indie, yaitu lukisan wanita-wanita telanjang dan lanskap alam,” tambahnya.

Dengan alasan itu, pameran kali ini akan menepis miskonsepsi stereotip publik tentang lukisan Basoeki Abdullah. Sebaliknya, yang dapat diharapkan dari pameran ini adalah cerminan kedekatan dengan budaya Jawa, terutama yang bertema mitos, legenda, dan dongeng. Dari pameran ini pun para anggota publik seni dapat berharap untuk mengungkap karya-karya Basoeki yang secara luas belum menjadi “pengetahuan” awam masyarakat. Oleh karena itu, para pengunjung pameran tidak akan melihat karya-karya Basoeki yang bertema mistisisme seperti Nyi Roro Kidul, contohnya, karena pihak penyelenggara pameran dengan ini menjanjikan sudut pandang yang berbeda dari karya-karya sang maestro.

Perupa-perupa yang turut berpartisipasi dalam pameran ini antara lain Indyra, Melodia, Neneng S Ferrier, Rosid, Sudigdo, Choiruddin, Mulyo Gunarso, I Gusti Ngurah Sura Ardana, Ida Bagus Purwa, Agus Widodo, dan Suprobo. Mengenai proses pemilihan seniman, Bambang menyatakan bahwa salah satu kriteria utama adalah penggunaan medium yang masih konvensional, seperti seni patung dan seni lukis. Dirinya berharap melalui keputusan ini, para seniman terpilih bisa lebih menyelami tafsiran ulang tema budaya Jawa dalam karya dan sosok Basoeki Abdullah dengan lebih mendalam melalui kontribusi kreatif mereka.

Karena proses persiapan dan perencanaan pameran masih dalam tahap awal, acara sosialisasi ini pun bertepatan dengan diskusi bersama beberapa seniman yang ikut serta dalam pameran ini. Dari beberapa seniman yang hadir pada acara diskusi ini, antara lain adalah pelukis senior Suprobo; yang turut berbagi cerita tentang pengalamannya mengenal Basoeki secara pribadi sebelum beliau tutup usia pada 1993. Beberapa seniman lain tampak saling melemparkan berbagai konsep yang akan mereka jelajahi dalam proses berkarya untuk pameran ini.

Pameran “Legacy of Java Culture: Basoeki Abdullah” ini merupakan salah satu dari beberapa rangkaian acara yang sudah direncanakan untuk perayaan Seabad Basoeki Abdullah. Perayaan ini juga akan diramaikan oleh berbagai acara lain seperti seminar dan peluncuran buku. Selain itu, akan ada kompetisi seni digital sosok dan karya Basoeki Abdullah yang bertajuk “Mengenang Seabad Basoeki Abdullah 2015” yang diselenggarakan berdasarkan inisiasi dari Wedha Pop Art Portrait (WPAP). Sebagai puncak dari perayaan Seabad Basoeki Abdullah, Museum Basoeki Abdullah akan menyelenggarakan pameran di Museum Nasional Jakarta yang dikuratori oleh Mikke Susanto. Pameran ini akan berlangsung dari 21-30 September 2015 dan akan mempresentasikan koleksi beberapa museum, juga menghadirkan sejumlah karya dari beberapa seniman kontemporer.