Rina Kurniyati kembali mengadakan pameran tunggal lukisan kaca kontemporernya di Jogja Gallery, 15 September – 3 Oktober 2015. Mengambil tema “Insting Bening”, Rina menyuguhkan kepiawaiannya dalam menangani teknik lukis kaca yang agak unik sifatnya.
Suwarno Wisetrotomo, yang menulis esai untuk pameran ini, mengatakan bahwa berhadapan dengan lukisan kaca adalah berhadapan dengan kepelikan dan kontras-kontras yang menggugah, “Pertama, antara keindahan rupa dengan kerapuhan bahan; pelukis bekerja dengan segenap kerumitan, menyusun elemen-elemen bentuk, warna, menjadi tata rupa yang dibayangkan. Tetapi ketika oleh banyak sebab, kaca menjadi pecah, maka tamatlah lukisan kaca yang dimaksud. Kedua, melukis di atas kaca dipandu oleh logika ‘sisi kanan’ dan ‘sisi kiri’ yang harus selalu berada dalam kesadaran. Karena pelukis bekerja secara terbalik. Hasil akhir adalah dilihat dari sisi yang tidak berhadapan dengan permukaan cat, tetapi di depan kaca yang tak tergores cat. Ketiga, dalam lukisan kaca tersembunyi persoalan antara nilai seni tradisi dengan seni kontemporer.”
Soal penalaran lukis terbalik pada kaca, misalnya, membuat seorang pelukis harus bisa memperhitungkan aspek visual orang yang melihat dari sisi yang berseberangan dari sisi yang ia lukis. Dalam karyanya, Rina menekuni hal ini hingga kita bisa melihat sudut-sudut objek lukisnya tampil dengan gaya realistik yang enak dipandang. Apalagi, kegemarannya mengimbuhkan teks-teks sastra pada lukisan juga memberi makna tersendiri pada karyanya.
Suwarno mengatakan bahwa bagian yang dipilih Rina, tidak sekadar unik dan artistik, tetapi memiliki potensi sebagai perlambangan (metafora). “Bagian-bagian itu, tak lagi menghadirkan pengertian yang denotatif, tetapi sebaliknya menyimpan makna konotatif. Terlebih lagi ketika Rina membubuhkan kutipan-kutipan yang dianggap ‘penting dan bermakna’ dari sejumlah kitab bacaannya; bisa novel, esai, atau puisi,” ujarnya.
Rina membuat tiga genre dari tema ini yang dipilihnya untuk tujuan berbeda, kilat dinamis (dynamic shiny), person-person inspiratif (inspirative persons) dan poster antik yang terbarukan (new vintage poster). Potret orang-orang inspiratif sering dikerjakan untuk menerima pesanan atau untuk melukis tokoh dunia, kilat dinamis lebih mengemuka karena ia merasakan kecocokan perasaan dengan menggunakan metafora mobil dan kilau cahaya, sedangkan poster antik yang terbarukan dihasilkan sebagai latihan atau pengusir kejenuhan tatkala melukis tema potret maupun mobil. Inilah beda lukisan kaca Rina dengan lukisan kaca tradisional yang temanya kebanyakan wayang atau kaligrafi Arab.
Keahlian melukis Rina tidak didapat dari pendidikan akademis. Ia belajar dengan otodidak mengolah lukisan kaca sejak awal tahun 2000, meski kemudian berkurang intensitasnya sampai sepuluh tahun berikutnya. Di tahun 2010, barulah ia aktif kembali melukis, serta berpameran, baik tunggal maupun bersama.