EI ARAKAWA Harsh Citation, Hars Pastoral Munster
EI ARAKAWA Harsh Citation, Hars Pastoral Munster (Foto: Oei Hong Djien)

Sebagian akan menjadi karya permanen yang diakuisisi pemerintah daerah Münster. Oleh karena itu kota Münster terkenal sebagai kota patung kontemporer.

Setiap 10 tahun, tiga acara seni rupa internasional unggulan berlangsung bersamaan, yakni Biennale Venezia, Documenta Kassel, dan Skulptur Projekte Mϋnster. Skulptur Projekte Münster (SPM) yang diadakan tiap 10 tahun, paling kurang dikenal di antara tiga mega-event seni tersebut serta paling muda usianya, dimulai 1977. Sedangkan Venice Biennale sudah dimulai sejak 1895 dan Documenta Kassel sejak 1955.

Kasper Kӧnig adalah direktur artistik SPM sejak awal hingga sekarang. Ia bersikeras dengan pengadaan 10 tahun sekali walaupun banyak usulan untuk diadakan tiap lima tahun. Maka proyek ini adalah proyek jangka panjang dan karyanya bisa mendahului zamannya. SPM 2017 berlangsung dari 10 Juni sampai 1 Oktober.

Walaupun namanya Skulptur Projekte (proyek patung), karya terbanyak tidak berupa patung, namun bermacam-macam, seperti seni instalasi, seni video, seni pertunjukan, seni digital, arsitektur, hingga seni pertamanan. Pendek kata, yang berkaitan dengan kehidupan manusia zaman sekarang.

Baca juga Documenta 14 yang Tidak Lazim

Karya tersebar di seluruh kota sampai pinggiran-pinggiran. Penempatannya di ruang publik. Di tahun 2017 karya yang dipamerkan berjumlah 35. Sebagian akan menjadi karya permanen yang diakuisisi pemerintah daerah Münster. Oleh karena itu kota Münster terkenal sebagai kota patung kontemporer.

Wagner DeBurca Rogge
Wagner DeBurca Rogge (Foto: Oei Hong Jien)

Untuk melihat dan menilai karya yang beraneka ragam dan sering out of the box kita perlu memakai kaca mata yang berbeda-beda.

Misalnya, karya Ei Arakawa, 40 tahun, seniman pertunjukan asal Jepang yang hidup di New York, berjudul Harsh Citation, Harsh Pastoral, Harsh Münster. Lukisan-lukisan yang mengacu pada lukisan seniman terkenal seperti Gustav Courbet, Joan Mitchell, Atsuko Tanaka dengan tema sesuai konsep karya, dibuat dari cahaya lampu LED di atas panil. Ada tujuh panil lukisan LED.

Menurutnya, lukisan tak perlu disajikan secara konvensional. Ia memasukkan suara dan musik ke dalam karya lukisnya sehingga menghasilkan efek pertunjukan. Karya ini sesuai  temanya berada di alam rerumputan yang datar, dipinggiran Mϋnster yang tidak dikembangkan. Kita jalan-jalan dengan rileks di tengah karya Arakawa, berinteraksi dengan alam dan seni audiovisual. Arakawa mengubah karya seni dari sesuatu yang personal menjadi komunal.

Baca juga Jakarta Biennale 2017, Dari Semsar Siahaan Sampai Seniman Afrika Selatan

Aram Bartholl, 45, seniman Jerman, dalam karya instalasi berjudul 5V membuat energi listrik sampai 5V dengan api kemah yang memungkinkan pengunjung mengisi (charging) ponsel. Ia mengubah sesuatu yang primitif, yaitu api, dengan bantuan alat termoelektrik menjadi energi listrik. Karya interaktif ini memaknai teknologi sederhana yang bisa memproduksi sesuatu yang bermanfaat di era digital ini.

Detail dari karya 5 V
Detail dari karya 5 V (Foto: Oei Hong Djien)

Lara Favaretto, 44, seniman Itali,  membuat monumen dari batu setinggi 4 meter. Liwat sebuah lubang  pengunjung bisa memasukkan uang. Monumen  nantinya akan dihancurkan dan isinya disumbangkan kepada pengungsi yang akan dideportasi. Karya ini bertajuk Momentary Monument – The Stone, bermakna sosial, humanis dan politis. Kalau monumen biasanya dibangun untuk memperingati seseorang atau suatu peristiwa yang sudah lewat, Lara Favaretto membalikannya, yakni monumen ini justru mulai sejarahnya dari saat dipamerkan.

Karya out of the box lain adalah Speak to the Earth and It Will Tell You, karya Jeremy Deller, 51, dari London. Ia memerlukan 10 tahun untuk membuat karya yang dimulai sejak persiapan Skulptur Projekte 2007. Ia berkolaborasi dengan 50 perkumpulan pertamanan di kota Mϋnster untuk mencacat perubahan pada tumbuhan-tumbuhan yang mereka pelihara serta cuaca  dari 2007 sampai 2017.

Catatan-catatan tersebut digabung dengan catatan tentang budaya yang melekat pada praktik pertamanan itu,  dibukukan menjadi kira-kira 30 jilid buku yang diletakkan di sebuah rumah kecil dari proyek ini. Buku menjadi wujud data ilmu pengetahuan. Proyek taman kecil yang awalnya adalah proyek rakyat kecil dan menengah untuk menanam buah dan sayuran bagi kebutuhan mereka, setelah pertengahan abad ke 20 banyak yang menjadi tempat istirahat dan rekreasi. Proyek ini bernilai  ilmu pengetahuan, budaya hortikultura rakyat, sosial, ekologi, dan estetika.

Speak to the Earth, and It Will Tell You karya Jeremy Deller
Speak to the Earth, and It Will Tell You karya Jeremy Deller (Foto: Oei Hong Djien)

Karya-karya di Skulptur Projekte 2017 pada umumnya cukup berat untuk dicerna. Sebuah karya yang menghibur adalah instalasi video-musik ciptaan Benyamin de Burca, 42, dan Barbara Wagner, 37, keduanya dari Brasil, yang bertajuk Bye Bye Deutchland! Eine Lebensmelodie. Video instalasi dipresentasikan di Elephant Lounge, diskotik yang berdiri sejak tahun 70-an, terletak di kota lama Mϋnster di mana musik pop Jerman dimainkan pada zaman itu.

Baca juga Mempertanyakan Murni Pada ICAD 8

Video musik yang dipertontonkan adalah  flash-back era tersebut. Sangat nyaman duduk di Elephant Lounge sambil mendengarkan dan melihat video musik serta minum wine dalam ruang disko yang bermandikan sinar serba merah dan ungu. Suatu karya yang berkonteks sosio-kultural, komersial, dan musikal.

Sebagian karya di Skulptur Projekte ini tidak memperlihatkan unsur patungnya. Karenanya kita harus jeli dalam melihat dan mengintrepretasi karya.penutup_small

 

 

Artikel Tentang Mega-Event Seni yang Kurang Dikenal dimuat di majalah SARASVATI edisi November 2017.