Franziska Fennert Heaven is Mindset
Poster pameran karya Franziska Fennert, "Heaven is Mindset".

Pameran tunggal Franziska Fennert bertajuk “Heaven is Mindset” akan dibuka di Semarang Gallery, Semarang pada Sabtu 18 November 2017. Pameran yang dikurasi Anton Larenz ini akan berlangsung hingga 17 Desember 2017.

Fenert adalah seniman muda asal Jerman yang kini tinggal di Yogyakarta. Tumbuh di Jerman bagian timur membuatnya tertarik dengan budaya lain sejak kecil. Awalnya melalui sastra, khususnya novel klasik Rusia, kemudian dengan cara traveling keliling Eropa dan Asia Tengah.

Baca juga Urun Hysteria pada Kota

Setelah memutuskan belajar seni di Academy of Arts di Dresden, Jerman dan menjadi seniman profesional, dia mengikuti kursus kaligrafi Tionghoa dan melukis menggunakan tinta. Fennert juga belajar melukis miniatur gaya Turki.

Franziska Fennert; Heaven is Mindset
Franziska Fennert; Heaven is Mindset, mix-media, variable dimensions, 2017 (Dok. Semarang Gallery)

Dalam pameran tunggal kali ini, Franziska Fennert menyajikan instalasi perseptual-konseptual, lukisan, dan video art tentang perlunya komunikasi antarmanusia demi mengatasi keterbelahan budaya dan ras. Sekaligus mengingatkan bahwa kita hidup di dunia yang kacau sampai-sampai kemanusiaan diidentikkan dengan krisis dan pembedaan.

Seni menjadi jalan keluar yang kuat dan efisien untuk meluaskan pengetahuan serta mengadaptasi cara pikir sehingga dapat mengubah situasi dan kondisi ke arah lebih baik. Fennert menyebut pendekatan ini sebagai “diplomasi seni”, yakni pertukaran ide yang melampaui sekat-sekat.

Baca juga Bali Hotel dan Singgahnya Negarawan Dunia

Dia menggunakan beragam material untuk instalasinya, seperti kain, batu gunung dari Gunung Merapi, kawat, koper, bagian dari antena, dan bunga (anggrek). Beragam material ini merepresentasikan beragamnya dunia, namun disatukan oleh karya seninya.

Beberapa karyanya dijahit secara detail, kata-kata disulam menggunakan benang macam-macam warna di atas kanvas, atau bordiran dilekatkan sebagai elemen visual.

Keberadaan segala macam baju yang dia gunakan adalah mengacu pada biografi. Dia mendeskripsikan instalasinya yang penuh warna itu sebagai “lukisan tiga dimensi”.

Franziska Fennert; Heaven is Mindset
Franziska Fennert, Grip of Conjunction. (Dok. Semarang Gallery)

Melalui karya-karyanya, Franziska Fennert menunjukkan bagaimana dia melihat dunia, ulang-alik antara elemen utopia (menganggap masih ada kemungkinan kehidupan yang lebih baik dengan cara mengubah cara pikir ) dan dystopia.

Masalah-masalah dari masa lalu hingga masa kini, yang dipahami sebagai konsekuensi kolonialisme dan imperialisme, menyebabkan ketakseimbangan dan ketidakadilan. Alhasil, umat manusia tidak lagi hidup bersatu dan selaras.

Baca juga Gonjing Miring, Ar. Soedarto Menangkap Anomali

Itu sebab Fennert ingin membangun budaya persahabatan dengan cara pertukaran dengan pengunjung melalui karya-karyanya.penutup_small