Roemah Seni Sarasvati adalah ruang pamer yang berlokasi di Jalan Jend. Sudirman No. 137 Bandung yang sudah banyak menggelar event besar seni rupa, desain dan arsitektur. Seperti dalam waktu dekat ini, Sabtu (16/12), akan digelar “Tilas Balik Arsip Karya Studi Seni Rupa ITB Dekade Awal” setelah sebelumnya ada pameran “The Indonesian Architects Week @Seoul 2017 (IAWS)” 14 – 27 Oktober 2017 dan “Street Stage” 4 – 5 November 2017.
Dibalik lokasinya yang strategis dan desain arsitekturalnya yang ciamik, Roemah Seni Sarasvati menyimpan fakta sejarah yang menarik untuk digali. Ini 3 di antaranya…
1. Dulunya Merupakan Toko Mebel
Rumah ini dibangun sekitar tahun 1920-an. Rumah ini dahulu merupakan toko ranjang dan mebel yang terdaftar sebagai Moelia & Co dengan alamat Grote Postweg West (Tjikakak) No 91. Weston merupakan merek dagang dari perusahaan ini. Nama dagang Weston kemudian dipakai untuk nama pabrik tekstil keluarga besar pemilik. Di hall utama dari rumah masih bisa terlihat tulisan Weston – HET LEDIKANTEN HUIS di galeri utama, yang bisa diartikan sebagai Toko Penjual Ranjang.
Baca juga Street Stage 2017, Dialog Seni yang Lebih Membumi
2. Lokasi Klasik
Roemah Seni Sarasvati terletak di Jalan Raya Barat – De Grote Postweg West Bandung. Jalan ini dinamai berdasarkan jalan historis yang melalui Anyer, Cilegon, Tangerang, Batavia, Meester Cornelis, Buitenzorg, Cianjur, Bandung, Sumedang, Cirebon, Tegal, Pekalongan, Semarang, Rembang, Tuban, Surabaya, Pasuruan, Probolinggo, dan Panarukan. Jalan ini dibangun pada zaman pemerintahan Gubernur Jenderal Hindia Belanda – Herman Willem Daendels (1808–1811).
Setelah Indonesia Merdeka, Grote Postweg West dan Grote Postweg East di kota Bandung berubah namanya menjadi dua nama jenderal Indonesia terpenting. Jalan Raya Barat menjadi Jalan Jenderal Sudirman dan Jalan Raya Timur menjadi Jalan Jenderal Ahmad Yani.
Baca juga Mau Datang ke Bincang Buku Sepoer Oeap di Roemah Seni Sarasvati?
3. Kisah Rumah Ketujuh
Roemah Seni Sarasvati adalah rumah ketujuh dan memiliki luas yang lebih dari enam rumah di sebelah kirinya. Enam rumah lainnya memiliki luas enam meter, dan Roemah Seni Sarasvati memiliki luas 6,25 meter. Kesamaan bentuk ketujuh rumah ini bisa dilihat dari model atap yang berbentuk seperti mangkok.
Pada masa itu, masyarakat yang tinggal di daerah sekitar Roemah Seni Sarasvati masih bisa melihat sebentuk peradaban yang dibangun Belanda di atas tiga sungai yang melintasi Sungai Cikakak, Citepus, dan Cidurian. Dulu juga masih ada tiga bioskop yang berlokasi 30 meter ke arah kanan dari Roemah Seni Sarasvati, yaitu bioskop Capitol, Texas, dan Oranje Park.
Oranje Park adalah bioskop kelas murah yang kemudian berubah nama menjadi Hawaii. Tanah tempat Oranje Park berdiri saat itu dimiliki seorang Yahudi bernama Busye yang meninggalkan Indonesia sekitar tahun 1957. Kisah inilah yang mewarnai sejarah rumah ketujuh yang sekarang dikenal sebagai Roemah Seni Sarasvati.