Selama sebulan penuh tepatnya 26 Juli – 26 Agustus 2018, salah satu sudut museum Art:1 diisi pameran “Museum Cake”. Pameran ini menampilkan karya-karya resin yang menggugah selera, berwarna-warni seperti kue pada aslinya. Ada yang dibentuk menyerupai figur kelinci berhiaskan krim, jelly, dan permen, hingga lukisan semi tiga dimensi dari ‘es krim’ yang disusun seperti dots-nya Damien Hirst. Keseluruhannya terlihat manis, enak, dan menyenangkan, tapi sayang tak bisa dimakan. Karya-karya manis tersebut merupakan buah karya dari Osamu Watanabe, seniman asal Jepang yang menggelar pameran tunggal perdananya di Indonesia.
Osamu Watanabe merupakan seniman Jepang kelahiran 1980 dan lulusan dari jurusan desain, Tokyo Zokei University. Ia kerap dijuluki ‘Prince of Sweets’ karena karya-karyanya identik dengan kue, permen, buah-buahan dan hiasan krim kocok. Watanabe menjuluki gayanya ini sebagai ‘seni krim palsu’, yang menggunakan cream piping bag untuk menghiasi figur-figurnya. Sementara itu, pemilihan resin sebagai medium dikarenakan sifatnya yang mampu bertahan lama. Karya-karyanya telah menjadi koleksi beberapa museum seperti Museum Ohara, Museum Kiyosu, dan Museum Shiga Kogen Roman.
Baca juga Harapan ke Depan Museum Macan
Ide awal karya Watanabe berangkat dari pengalaman masa kecilnya ketika sang Ibu mengajar di kelas permen. Bentuk dan warna permen yang digunakan sang Ibu sangat membekas di memorinya. Ia pun lantas menggunakan kenangan ini untuk berekspresi secara berbeda. Watanabe juga percaya bahwa setiap orang memiliki kenangan manis yang berhubungan dengan permen, cake, ataupun es krim.
“Kue, permen dan manis-manisan yang lain selalu identik dengan kebahagiaan. Karya seni ini bertujuan untuk mengingatkan kembali kenangan-kenangan yang bahagia. Saya akan terus memproduksi karya seni hingga orang-orang merasa bahagia” ungkap Watanabe sesaat sebelum pembukaan pameran.
Eksplorasinya terhadap ‘seni krim palsu’ dan resin dimulainya sejak 15 tahun lalu saat masih duduk di bangku kuliah. Ia menemukan bahwa resin dan pasta yang biasanya digunakan di kelas lukis mirip dengan krim asli. Kemudian, ia menguji pasta dan resin dengan memasukkannya ke dalam piping bag. Setelah dirasa pas, Watanabe terus berlatih karena setiap hiasan krim yang dihasilkan membutuhkan kecermatan dan akurasi tinggi. Sementara untuk pemilihan warna, Watanabe menggunakan warna-warna pastel ataupun warna-warna yang terlihat sedemikian dekat dengan realita.
“Saya buat warna sedekat mungkin dengan persepsi orang sehari-hari sehingga orang-orang dapat dengan mudah mengingat memori bahagia mereka,” ungkapnya.
Baca juga Dua Pameran Rayakan 100 Tahun Hendra Gunawan
Khusus untuk “Museum Cake” di Jakarta, Watanabe membuat sebuah karya khusus yang menggambarkan keberagaman khas Indonesia. Ia mengamati selama 4 hari kota Jakarta, dari monas hingga menyusuri jejak kolonialisme di kota tua. Melalui pengamatannya ini, ia memutuskan untuk membuat mandala yang tersusun dari permen, pretzel, buah, wafel khas Belanda, hingga macaron.