Nibble Set. (Foto: Dok. Kandura)

 

Kandura Studio membawa Indonesia ke ajang seni dan desain internasional bukanlah hal yang asing lagi di telinga. Meski dikenal dengan setumpuk prestasi, menjadi sebesar hari ini rupanya tidak menjadi bayangan para penggagasnya.

 

Kandura sendiri berangkat dari ide Fauzy Kamal Prasetya untuk membuat studio keramik di Bandung pada 2005. Lulusan Desain Produk Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung (FSRD ITB) ini kemudian mengajak dua teman dari seni keramik, Batsebha Satyaalangghya dan Tisa Granicia. Studio kecil yang juga menjadi bagian rumah Fauzy tersebut menjadi tempat awal untuk menampung eksperimen keempatnya dengan material keramik agar  bisa diapresiasi publik.

 

Tisa Granicia, Nuri Fatimah, dan Fauzy Kamal Prasetya. (Dok. Kandura)
Tisa Granicia, Nuri Fatimah, dan Fauzy Kamal Prasetya. (Dok. Kandura)

 

Ukuran bisnis yang kecil rupanya membawa keberuntungan tersendiri bagi awal perjalanan mereka.  Dengan ketersediaan opsi kustomisasi dan produksi nonmasif, mereka mendapat tawaran untuk menggarap proyek replika wall tiles di Museum Bank Indonesia. Untuk mereplika keramik dinding berumur ratusan tahun dengan alat-alat yang terbatas, mereka menyiapkan riset sekitar satu tahun, dan memulai produksinya setahun berikutnya. “Adalah kepuasan tersendiri bagi kami saat melihat replika tiles yang 90 persen mendekati hasilnya,” ujar Fauzy.

Pilihan untuk menekuni tableware kemudian tercipta dari observasi mereka pada tradisi masyarakat Indonesia yang cenderung menjadi pemakan ketimbang peminum. “Kita mempunyai bermacam ritual dan menu untuk setiap peristiwa khusus, maupun sehari-hari. Kami ingin memperkaya pengalaman ini dengan peranti-peranti makan yang kami ciptakan,” kata Fauzy.

 

Ulasan lengkap Menengok 12 Tahun Perjalanan Kandura dapat dibaca di majalah SARASVATI edisi April 2017