Suasana mencekam dari video penjagalan binatang yang diputar sepanjang lagu Meat Is Murder, meninggalkan perasaan miris sekaligus janggal. Bagaimana tidak, ribuan penonton tidak menduga bahwa konser dari seorang Morrissey yang mereka puja, harus berakhir dengan gidik ngeri dari lagu tersebut dan tanpa encore.
Rabu malam, 12 Oktober 2016, merupakan momen penting bagi pecinta Morrissey di Indonesia karena bisa menyaksikan langsung pelantun First of the Gang to Die tersebut di GBK Sports Complex Senayan, Jakarta. Untuk kali kedua, musisi gaek mantan pentolan band The Smiths ini kembali menggelar konser di Indonesia setelah unjuk perdananya di 2012.
Kerinduan penggemar malam itu, disapa Moz (sapaan para fans untuk Morrissey) lewat salam “My heart.. my heart, my heart Jakarta” , yang langsung disambung oleh Suedehead yang berhasil memanaskan suasana crowd. Seakan tidak mau mengendorkan semangat penonton, Alma Matters dan Everyday Is Like Sunday dibawa berurutan dan berhasil mengajak semua yang hadir bernyanyi lantang.
Langit mendung dan tanah basah sisa hujan, rasanya tidak mengurangi euphoria penonton yang terus dihajar lewat Kiss Me A Lot, Speedway, hingga Ouija Board, Ouija Board yang dinyanyikan Moz dengan performa penuh. Sayangnya, kemeriahan yang dinanti-nanti pecinta Moz selama empat tahun ini tidak berlangsung maksimal akibat pagar pembatas yang memisahkan grup regular dan VIP. Alhasil, aksi merobek baju yang menawan dari penyanyi kelahiran 22 Mei 1959 saat Let Me Kiss You hanya bisa dinikmati seadanya oleh penonton regular yang dihadang pagar pembatas yang cukup jauh dari panggung. Meskipun begitu, riuh teriakan barisan belakang tak kunjung padam seperti pada saat Morrissey melontarkan “do you like Donald Trump?” sebelum World Peace is None of Your Business dikumandangkan.
Sebagai seorang musisi yang sering mengkritik isu lingkungan hingga animal rights, Morrissey masih terus mengampanyekan anti rokok dan produk hewani di tiap konsernya. Begitu pun kritik terhadap isu sosial dan politik, seperti slentingan foto pasangan William & Kate yang bertuliskan ‘United King-Dumb’ yang divisualisasikan sebagai latar belakang panggung.
Sebanyak 19 lagu dibawakan Morrissey pada malam tersebut, termasuk Judy Is Punk milik Ramones yang biasa dibawakan sebagai encore pada berbagai kesempatan konser lainnya. Sayangnya, pecinta Moz yang sudah tumpah ruah di tengah venue yang becek tersebut, tidak dihadiahi encore yang biasa digunakan sebagai salam perpisahan. Hal lain yang juga disayangkan adalah masih adanya penonton yang tidak bisa menahan membakar tembakau untuk dua jam saja demi ‘menjamu’ kedatangan sang legendaris.
Meski terasa menjadi sebuah konser yang anti klimaks tanpa encore, konser Morrissey 2016 ini juga tidak bisa dibilang mengecewakan. Setlist yang sudah disiapkan bagi para penggemar terbukti mampu mengajak semua bernyanyi dan meleburkan rindu ke udara. Bagi pecinta seorang Morrissey, kedatangan ‘this charming man’ untuk kali ketiga atau keempat tentu masih diharapkan, dengan doa sang idola tak akan lupa ‘pamitan’.