Belanda sedang berhias warna merah, biru, kuning, warna-warna khas De Stijl. Tahun ini adalah perayaan 100 tahun De Stijl, dirayakan besar-besaran dengan tema global “Mondrian to Dutch Design”.
Tak ketinggalan di Indonesia. Erasmus Huis menggelar pameran desain “Rumah Rietveld Schröder, Mahakarya Rietveld: 100 Tahun De Stijl (1917-2017)” di Erasmus Huis, Jakarta, 5 Oktober hingga 1 Desember 2017 yang merupakan bentuk padat dari pameran bernama sama di Centraal Museum, Utrecht, Belanda, Maret sampai Juni 2017.
Pameran yang dikurasi Yolanda van de Berg dari Centraal Museum menampilkan kehidupan dan karya Rietveld sejak akhir 1910-an hingga awal 1930-an ketika majalah De Stijl masih aktif dan kota Utrecht berkembang pesat.
Baca juga Paradoks Kebebasan di Venice Architecture Biennale 2018
De Stijl adalah gerakan seni dan desain yang dikembangkan majalah bernama de Stijl atas prakarsa arsitek dan pelukis Theo van Doesburg pada 1917. Majalah ini berkembang menjadi suatu gerakan seni penting yang dimotori arsitek dan desainer Gerrit Thomas Rietveld (Utrecht 1888 – Utrecht 1964).
Saat itu, akhir Perang Dunia I, para seniman dan arsitek, antara lain Piet Mondriaan, Bart van der Leck, dan J.J.P. Oud tengah mencari cara untuk membangun sebuah masyarakat baru dan lebih jujur. Mereka menginginkan kerja sama yang setara antara arsitek dan seniman visual, dapat mengerjakan seni murni tanpa segala hal yang berlebihan, dan berharap tak lagi meniru alam.
Hasilnya adalah bentuk segi-empat, warna-warna dasar, komposisi asimetris, serta desain kotak-kotak atau berelemen bidang persegi. Seniman terkenal pada masa tersebut adalah pelukis Mondrian, pematung George Vantongerloo, serta arsitek J.J.P. Oud dan Gerrit Rietvald. Mereka menuangkan bentuk-bentuk dekoratif ke dalam bentuk geometris dengan teori Neo Plasticism (Mondrian).
Baca juga Hotel Bali Beach, Karunia Bung Karno untuk Sanur
Sepanjang 1917 hingga 1928, pelukis Theo van Doesburg menyebarkan teori kelompok ini dengan cara mempublikasikannya artikel di De Stijl.
Pada dasarnya aliran De Stijl hanya bergerak dalam dunia lukis, sebab konsepnya adalah abstraksi ideal dari komposisi warna dalam bentuk dua dimensi. Pemanfaatannya banyak untuk interior dan arsitektur. Meskipun Theo van Doesburg berusaha keras mengaplikasikan De Stijl dalam dunia arsitektur, pada kenyataannya gerakan ini hanya mempengaruhi permainan warna, bukan arsitekturnya.
De Stijl meredup seiring perpecahan di antara Theo van Doesburg yang aplikatif dan Piet Mondrian yang teoretis. Sejumlah anggota mengundurkan diri sebelum waktunya. Hingga akhirnya majalah De Stijl terakhir kali terbit untuk mengenang kematian Theo van Doesburg pada 1931, perkumpulan tersebut bubar sama sekali.
Rumah Rietveld Schröder
Ikon aliran seni De Stijl adalah Rumah Rietveld Schröder di Utrecht (Utrecht Rietveld Schöderhouse), hasil rancangan Gerrit Rietveld pada 1924. Rumah Rietveld Schröder adalah rumah pertama yang dirancang dan dibangun Rietveld menggunakan kaidah De Stijl.
Baca juga Urun Hysteria Pada Kota
Rumah itu dibangun di pinggiran kota Utrecht, Belanda, dengan komposisi tiga dimensional dan asimetris berciri khas warna primer. Peralihan antara bagian dalam dan luar rumah dibuat sangat halus.
Walau hasil kerja sama Rietveld dan Schröder, namun tidak diketahui apa sebenarnya kontribusi Schröder untuk rumah ini, kecuali pengaruh Schröder yang memang kuat. Dia, misalnya, ia tidak menyetujui rancangan pertama dengan alasan interior dan pembagian ruangan tidak cukup terbuka.
Untuk rancangan berikutnya, Schröder minta lantai pertama harus menjadi ruangan untuk menjalankan kegiatan sehari-hari. Selain itu, dia meminta Rietveld menempatkan dinding geser. Pada siang hari, Schröder bersama anak-anaknya tinggal di dalam satu ruangan besar, sedangkan pada malam hari, dinding bisa ditutup, membentuk kamar tidur terpisah.
Baca juga Karya Andy Warhol Dibuat Ulang, Sama dengan Menjiplak?
Rancangan rumah itu menunjukkan gaya hidup yang benar-benar baru, terbuka dan menciptakan kedekatan dengan orang-orang tercinta. Cara membangunnya pun baru, yakni dari dalam. Begitu denahnya terwujud, mereka membangun bagian luarnya. Pendeknya, rumah ini benar-benar baru dan radikal, sebuah eksperimen berani yang kemudian tak terulang lagi.
Rumah itu langsung terkenal sedunia, dari Rusia hingga Amerika Serikat, dari Jepang sampai Jerman. Hingga kini, Rietveld Schroderhouse adalah sumber inspirasi besar bagi banyak orang, bukan hanya arsitek, melainkan juga seniman.
Pembuat mebel
Karier Rietveld berangkat dari pembuat mebel di bengkel kerja ayahnya di Utrecht sejak usia 11 tahun. Tugasnya membuat perabotan tradisional yang solid. Merancang perabotan menjadi latihannya untuk berurusan dengan ruang sehingga saat membuat perabotan, Rietveld juga mewujudkan gagasannya di bidang arsitektur.
Pada 1917, Rietveld meninggalkan bengkel kerja ayahnya dan membuka studio sendiri di Adriaen van Ostadelaan 25, Utrecht, tempat kursi kayunya yang terkenal itu dibuat. Tidak lama setelah itu dia bergabung dengan De Stijl.
Setelah rancangannya diterbitkan di majalah De Stijl pada 1919, dia berkenalan dengan seniman dan arsitek progresif lainnya di dalam maupun di luar negeri. Namanya mulai diperhitungkan dalam garda depan internasional dan dianggap setara dengan seniman seperti Piet Mondriaan dan Theo van Doesburg.
Ada hal lain yang membuat Rietveld berkembang menjadi pembuat perabotan dan arsitek terkenal di dunia. Dia mengalami perkembangan diri yang pesat setelah menanggalkan kepercayaan Calvinisme, dan mulai bekerja secara lebih bebas. Rietvel juga aktif di dunia seni Utrecht dan mengenal baik gerakan seni internasional, terutama yang berada di Uni Soviet.
Baca juga Mempertanyakan Murni pada ICAD 8
Satu kesempatan besar datang ketika dia bertemu dengan klien yang tepat, Truus Schröder Schräder (1889-1985), janda muda dengan gagasan yang jelas tentang hidup dan kehidupan. Sebenarnya pertemuan pertama mereka terjadi pada awal 1910-an, ketika Rietveld bersama ayahnya mengantarkan meja kerja ke tempat tinggal Truus di Bilstraat 135 ,Utrecht.
Kehidupan perkawinan Truus dan suaminya, pengacara Frits Schröder, penuh konflik. Frits memiliki pandangan tradisional, sementara Truus Schröder seorang dengan pandangan modern.
Kurator Yolanda van de Berg menjelaskan kondisi Utrecht tahun 1925, bahwa saat itu baru saja dipasang lampu listrik di jalanan kota dan kendaraan umum menggunakan trem yang ditarik kuda. Para perempuan mengenakan baju panjang dengan kerah tinggi berenda, kaus tangan, membawa payung, serta rambut disanggul tinggi dan dipuncaki topi. Prianya bertopi tinggi dan membawa tongkat.
Rumah-rumahnya berinterior suram, penuh dengan perabot “berat” dari kayu, kaya ornamen, tirai tebal, dan taplak berat. Di rumah semacam ini juga Truus Schröder tinggal saat suaminya masih hidup.
Begitu suaminya meninggal pada 1923, Truus Schröder meminta Rietveld membangun sebuah rumah untuk dirinya dan ketiga anaknya agar mereka berempat dapat tinggal di satu ruangan yang luas. Dia ingin memulai hidup baru di tempat tinggal baru yang sederhana, terang, lapang, dan modern.
“Di tengah kondisi demikian Rietveld dan Schröder memutuskan membuat sesuatu yang lain, yang modern dan praktis. Sesuatu yang ekstrem saat itu. Dan karena tak ada contohnya, mereka membuat dari hayalan semata,” ujar Yolanda saat pembukaan pameran.
Schröder minta Rietveld mendesain rumah itu “bersamanya” bukan “untuknya”. Rumah itu dikenal dengan nama Rumah Rietveld Schröder, sebuah mahakarya Rietveld yang daya cipta dan kreativitasnya tak terbandingkan.
Hubungan Rietveld dan Schröder terus terjalin baik dalam urusan bisnis maupun pribadi. Saling ketertarikan ide dan cara berpikir menjadikan mereka soulmate. “Hasilnya, love affair yang mendalam hingga kematian Rietveld pada 1964,” kata Yolanda.
Schröder tinggal di rumah itu hingga kematiannya pada 1985. Selama 60 tahun, Rumah Rietveld Schröder senantiasa berubah mengikuti penghuninya.
Rumah itu kemudian direstorasi arsitek Bertus Molder dan kini jadi museum yang dikelola Centraal Museum dan telah menarik pengunjung dari seluruh dunia, tak kurang 60 persennya berasal dari luar negeri. Sejak 1976 masuk daftar sebagai monumen bersejarah dan dikukuhkan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO.
Dalam pameran “Rumah Rietveld Schröder, Mahakarya Rietveld: 100 Tahun de Stijl (1917-2017)” diperlihatkan gambar-gambar interior di lantai pertama dari 1925 hingga 2017 yang secara struktur tak berubah. Sebagian besar gambar berasal dari Arsip Rietveld Schröder yang dikelola Centraal Museum.
Eksterior, interior, dan perabotannya memperlihatkan ciri khas Rietveld dan ide-ide De Stijl. Perabot dibuat sesuai dengan bentuk dan strukturnya, tanpa tambahan ukiran yang tak perlu, sehingga mampu memenuhi kebutuhan pemakainya dari segi fungsi semata.
Ambil contoh pegangan pintu lemari atau laci dibuat dalam berbagai bentuk dan warna, selain berfungsi membuka dan menutup daun pintu, juga menjadi satu-satunya hiasan. Atau pegangan laci dihilangkan, diganti lekukan yang dibuat di sisi depan atas/bawah laci, sehingga laci jadi ”bersih”.
Baca juga Street Stage 2017, Dialog Seni yang Lebih Membumi
Pameran ini memberi rasa bagaimana ide-ide baru termanifestasi dalam pikiran dan kehidupan Rietveld dan Schöder. Apa yang membuat mereka mampu sampai pada kesimpulan membuat rumah yang demikian kontroversial dan setelah 100 tahun, rumah tersebut tetap istimewa?
Artikel Tukang Mebel, Sang Klien, dan Mahakarya De Stijl dimuat di majalah SARASVATI edisi November 2017.