Buku "Filantropi Indonesia" ditulis Hamid Abidin, Sigit Budhi Setiawan, dan Zainal Abidin EP. (Foto: Jacky Rachmansyah)

 

Kedermawanan sosial atau filantropi untuk program-program yang sifatnya umum mengalami kenaikan selama sepuluh tahun terakhir, tapi belum mengarah ke kesenian.

 

Penulis: Hamid Abidin, Sigit Budhi Setiawan, dan Zainal Abidin EP

Penerbit: Filantropi Indonesia

Tebal : 231 halaman

Terbit : 2016

Cover : Softcover

 

Pendanaan memang menjadi masalah pokok dalam hampir segala urusan. Dalam kasus kesenian, dana yang kurang lancar mengalir disebabkan juga, atau diperparah, oleh anggapan bahwa seni adalah milik segelintir orang. Hanya orang hebat yang mengerti seni. Sehingga, uang lebih baik diberi pada perkara-perkara yang langsung bersentuhan dengan orang banyak.

Anggapan tersebut basi tapi terus hidup. Penulis buku ini sendiri optimistis bahwa seni dapat membuka jalan terjadinya refleksi kritis dan menyediakan ruang bagi anggota masyarakat untuk menikmati keindahan, mengungkapkan pikiran, dan perasaan.

Berbekal keyakinan itu, peneliti Public Interest Research and Advocacy Center (PIRAC) melakukan penelitian di tujuh kota, yakni Jakarta, Yogyakarta, Solo, Denpasar, Pekanbaru, Bandung, dan Surabaya, dari Januari hingga September 2009 untuk memberi gambaran kondisi hidup kesenian saat ini dan kemungkinan pengembangannya lewat pendanaan berbasis sumbangan.

Menurut data PIRAC, kedermawanan sosial atau filantropi untuk program-program yang sifatnya umum memang mengalami kenaikan selama sepuluh tahun terakhir. Dari Rp301.515/orang/tahun pada 2004 menjadi Rp325.775/orang per tahun pada 2010 (hal. 2). Namun, kemurahan hati orang-orang ini belum mengarah ke kesenian. Karenanya, buku Filantropi di Indonesia: Mengapa Tidak untuk Kesenian? bertujuan mendeskripsikan praktik filantropi dan penggalangan sumber daya dari masyarakat, perusahaan, dan pemerintah dalam mendukung pengembangan kesenian dan kebudayaan nasional, khususnya seni pertunjukan (hal. 15).

 

Ulasan lengkap Memanjangkan Umur Kesenian lewat Filantropi dapat dibaca di majalah SARASVATI edisi Maret 2017