Di tengah derasnya seni berbasis teknologi dan riset, Kareba Art Management menggelar sebuah pameran yang menampilkan kembalinya sepuluh seniman kepada kesederhanaan laku berkarya. Pameran drawing yang diberi tajuk “I’M OUT” ini dijadikan sebagai ajakan untuk menengok kembali ruang sederhana yang membahas keindahan buah dialektika seniman dengan persoalan hidup.
Adalah Adelano, Agung Tato, Agustan, Angga Yuniar Santosa, Diean Arjuna, Djoko Soemarsono, Mahdi Abdullah, Maria Magdalena, Wahid, dan Zulfikar Sa’ban yang terlibat dalam pameran yang diadakan di Galeri Cipta III, Taman Ismail Marzuki, Cikini Jakarta Pusat, 12-17 Januari 2016. Drawing dipilih juga untuk kembali menekuni teknik dasar seni rupa. “Bentuk seni visual drawing dipilih sebagai media ekspresi karena merupakan alat yang efektif, efisien dan sederhana menyampaikan ide-ide visual. Hal itu juga menandai bahwa para perupa di sini telah mengambil jarak, keluar dari pemahaman konservatif tentang kategorisasi seni murni,” ujar Firmansah Appe selaku penulis pameran.
Bicara karya, pameran ini menyajikan karya drawing yang menarik, baik dari segi gagasan maupun teknik. Misalnya, dalam karya Orang-Orangan, kita bisa melihat Agustan bermain dengan warna-warna imut melengkapi sosok berbalut kain tanpa wajah khasnya. Firmansah melihat ini sebagai upaya Agustan bermain-main dengan pergeseran makna antara “orang” dengan “orang-orangan”. Orang-orangan dinilainya merupakan hasil dari pengikisan esensi diri sehingga menjadi mainan tanpa jiwa dan hati nurani. Dengan kemasannya yang lembut dan imut, kritik yang dilontarkan Agustan menjadi enak untuk dinikmati mata sebelum diresapi.
Sebagaimana karya Agustan yang masih bisa kita cecap kekhasannya, karya Agung Tato pun demikian. Seri City Scapes yang dibuat dengan tinta monokrom menghadirkan wajah kota dan bangunan yang dilingkupi keresahan. Masih dengan perhitungan komposisi yang jitu, Agung Tato membicarakan persoalan urbanisasi yang kian semrawut. Kita bisa merasakan perasaan tidak enak mengganggu dalam kehadiran jarak objek – seniman/apresiator.
Poin menarik pertama dari pameran ini adalah bagaimana kesepuluh seniman yang hadir dari daerah-daerah berbeda ini membawa persoalan sosio-kulturalnya masing-masing. Poin menarik yang kedua adalah aspek tersebut tidak muncul secara mentah, tetapi telah melalui refleksi mendalam dulu dalam diri sang seniman. Sehingga, hasil akhir yang tampak adalah olahan ide yang sudah siap dan sepantasnya divisualkan.