Indonesia terpilih sebagai negara tamu (guest country) Europalia Arts Festival 2017, festival budaya dua tahunan yang berpusat di Brussels, Belgia. Seni instalasi karya Entang Wiharso akan mengisi fasad dan menjadi penarik perhatian (eye catcher) Musée de la Dynastie di Brussels, Belgia yang jadi pusat festival.
Sedangkan bagian dalam gedung yang menyediakan beragam kopi dari Indonesia akan diberi sentuhan seni kontemporer karya Faisal Habibi dari Bandung. Karya Entang dan Faisal diluncurkan pada 19 September 2017.
Kabar tersebut disampaikan Kepala Galeri Nasional Indonesia Tubagus “Andre” Sukmana di Kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, Rabu, 1 Februari 2017.
Europalia adalah festival seni yang berfokus pada satu budaya dalam bentuk program komprehensif, yakni di bidang musik, seni murni, fotografi, film, teater, tari, sastra, arsitektur, desain, fesyen, dan gastronomi. Yang ditampilkan mesti bertumpu pada empat pilar, yakni leluhur (heritage), kekinian (contemporary), penciptaan (creations), dan pertukaran (exchange).
Festival yang diklaim sebagai kegiatan seni terbesar, termegah, dan bergengsi di Eropa ini dikelola Europalia, lembaga nirlaba internasional yang dibentuk pada 1969 dan langsung berada di bawah naungan Raja Belgia Phillipe I.
Tahun ini yang merupakan gelaran ke-26, akan berlangsung pada 10 Oktober 2017 hingga 21 Januari 2018. Walau berpusat di Brussels, secara keseluruhan, Europalia diadakan di 50 kota di beberapa negara di Eropa.
Jika karya Entang Wiharso dan Faisal Habibi ditampilkan di Brussels, karya instalasi Eko Prawoto dari Yogyakarta dan Aditya Novali dari Solo akan merespons kanal-kanal di Kota Antwerp, Belgia, bekerja sama dengan Museum Aan de Stroom. Keduanya akan membuat karya instalasi yang mengambang di atas kanal dan dapat dilihat dari empat penjuru, antara lain dari museum dan taman.
Karya Eko dan Aditya diluncurkan pada 12 Oktober 2017, atau dua hari setelah pembukaan festival, disertai performance art yang merespon karya di atas air. Hingga kabar ini disampaikan Andre, bentuk karya empat seniman tersebut masih dalam proses.
“Jumlah total sejauh ini, Indonesia akan melibatkan 182 perupa, 184 pemusik, dan 206 orang peserta pameran. Angka ini bisa berubah,” ujar Executive Office Director Europalia Arts Festival Indonesia F.X. Bambang Guritno dalam kesempatan yang sama.
Indonesia adalah negara pertama di ASEAN yang jadi negara tamu dan merupakan ke-4 di Asia setelah Jepang, Cina, dan India. Selama empat bulan penuh akan dipertunjukkan beragam seni dan kuliner Indonesia, serta dihelat pula seminar dan workshop.
Di samping itu, ada pameran tentang nenek moyang (anchestor) yang nilai-nilainya masih dipertahankan hingga kini, serta pameran maritim yang menunjukkan keunggulan Indonesia sebagai negara maritim. Ada pula pameran tentang kekuasaan dan lain-lain (power and other things) yang diambil dari teks Proklamasi, diterjemahkan dalam wujud pameran yang menampilkan, antara lain, penangkapan Pangeran Diponegoro.
Sembilan komikus akan tampil di tiga tempat untuk memperkenalkan komik yang hidup di Indonesia. Demikian pula arsitek akan menunjukkan gambaran khas arsitektur Indonesia.
Walau pemerintah Indonesia harus membayar 300 ribu Euro untuk menjadi negara tamu, namun menjadi negara tamu artinya kesempatan tampil dan mengenalkan Indonesia secara maksimal. Cina, contohnya, saat jadi negara tamu pada 2009, mengisi total 567 acara dalam bentuk pameran, konser, seminar dan jumpa penulis, penampilan tari, teater, serta pemutaran film. Hingga festival selesai, Cina didatangi lebih dari 1,1 juta pengunjung dan penonton.
Tak banyak beda dari Cina, Indonesia menargetkan 1 juta pengunjung terbagi dalam dua periode, yakni 800 ribu pada Oktober, November, Desember; dan 200 ribu pada Januari. Angka ini diharapkan bakal mendongkrak angka kunjungan wisatawan asing ke Indonesia.
“Karena biasanya 60 persen pengunjung ingin datang ke negara yang jadi negara tamu,” kata Bambang yang pernah jadi Duta Besar RI untuk Fiji.