Setan Jawa akan membuka world premier-nya di Opening Night of Asia Pacific Triennial of Performing Arts di Melbourne, Australia pada 24 Februari 2017. Acara tersebut diselenggarakan di gedung Melbourne Art Centre yang berkapasitas 2.664 penonton.
Orkestra gamelan karya Rahayu Supanggah dan Melbourne Symphony Orchestra dengan konduktor Iain Grandage akan mengiringi pementasan tersebut. Kolaborasi ini dimainkan secara langsung di depan layar dengan 20 pengrawit (pemusik gamelan).
Setan Jawa bercerita tentang cinta dan tragedi kemanusiaan dengan latar waktu awal abad ke-20 yang ditandai lahirnya era industri yang menyisakan kemiskinan di tanah Jawa. Seiring dengan meluasnya kemiskinan, bertumbuh subur pula cara-cara mistik untuk meraih kekayaan, termasuk Pesugihan Kandang Bubrah. Pesugihan ini adalah cara mistik untuk mendapat kekayaan dari iblis, namun harus membayar dengan berubah menjadi tiang penyangga rumah saat ajalnya tiba.
Setan Jawa adalah film bisu hitam putih pertama Garin Nugroho yang diluncurkan pada September 2016. Garin mendapat banyak inspirasi dari film bisu hitam putih Nosferatu (1922) dan Metropolis (1927), juga kenangan masa kecil.
“Setan Jawa adalah representasi dan kenangan masa kecil di rumah saya di Yogyakarta yang membawa masa lampau dan sekaligus masa kini,” ungkap Garin Nugroho, produser dan sutradara Setan Jawa dalam siaran pers yang diterima Sarasvati.
Selain di Melbourne, Australia, Setan Jawa juga akan dipentaskan di Amsterdam, Belanda (Juni); Singapura (Juli), dan London, Inggris (November). Informasi lebih lanjut dapat dilihat melalui website www.setanjawamovie.com