Dua Pameran Rayakan 100 Tahun Hendra Gunawan

0
3940
Konferensi pers pameran 100 tahun Hendra Gunawan di Ciputra Artpreneur. (dok. Dhamarista Intan)

Di awal Agustus mendatang, dua pameran akan dihelat Ciputra Artpreneur untuk mengenang 100 tahun Hendra Gunawan. Pertama, “Prisoner of Hope” yang menjadi tema baru pameran permanen Ciputra Museum dan menampilkan karya-karya Hendra semasa di penjara. Kedua, “Spektrum Hendra Gunawan” yang dibuat sebagai tribute dari 70 seniman kontemporer untuk mendalami dan merefleksikan karya-karya Hendra lewat perspektifnya sendiri.

Kedua pameran tersebut rencananya akan dibuka bagi umum pada tanggal 5 Agustus 2018. Ciputra Museum, yang selama ini menampilkan 10 koleksi lukisan karya Hendra Gunawan akan menambahkan jumlahnya menjadi 32 yang kebanyakan belum pernah dilihat oleh publik. Tajuk “Prisoner of Hope” dipilih untuk menggambarkan aktivitas berkesenian yang terus dijalani Hendra meskipun menjadi tahanan politik (tapol), sebagai cerminan harapan dan semangat yang dimiliki seniman kelahiran 11 Juni 1918 tersebut. Dikuratori oleh Agus Dermawan T. dan Aminudin TH Siregar, pameran ini digadang-gadang sebagai pameran Hendra Gunawan terbesar di Indonesia, yang semuanya merupakan koleksi dari keluarga Ciputra.

Baca juga Judul Venice Biennale 2019 Tuai Kontroversi

Di tanggal yang sama, pameran “Spektrum Hendra Gunawan” juga dibuka. Bertempat di Ciputra Gallery, pameran ini menampilkan karya-karya 70 seniman yang merespons hasil berkesenian Hendra dengan cara yang lebih kontemporer. Rifky ‘Goro’ Effendy selaku kurator di pameran ini menjelaskan tentang pentingnya perspektif yang lebih kontemporer dalam melihat karya-karya Hendra, supaya generasi milenial mampu mengenal lebih dekat salah satu sosok old master seperti Hendra.

Dari banyaknya seniman yang terlibat, sebagian ada yang melewati jalur open call dan ada juga yang diundang karena adanya kecocokan dengan karya Hendra. Seperti dari sisi bentuk, warna, atau pun tema-tema yang dihadirkan. Ada pun beberapa nama yang terlibat dalam pameran “Spektrum Hendra Gunawan” seperti Agung Kurniawan, A. Pramuhendra, Asmudjo J Irianto, Butet Kertaradjasa, Davy Linggar, Eddi Prabandono, Heri Dono, Mella Jaarsma, Nasirun, Putu Sutawijaya, Ugo Untoro, Theresia Sitompul, dan Yogie Achmad Ginanjar.

Ciputra memperlihatkan salah satu lukisan dari Hendra Gunawan yang belum pernah dilihat publik. (dok. Dhamarista Intan)
Ciputra memperlihatkan salah satu lukisan dari Hendra Gunawan yang belum pernah dilihat publik. (dok. Dhamarista Intan)

Bagi Ir. Ciputra, Hendra Gunawan merupakan sosok seniman yang begitu menyentuh hatinya. Pak Ci, panggilan akrab Ciputra, terpana dengan warna-warna yang dihadirkan Hendra. Sebagai seorang arsitek, Pak Ci begitu kagum dengan komposisi dan anatomi manusia yang begitu berkarakter.

Keinginannya untuk mulai mengoleksi karya-karya Hendra pun dilakukan di tahun 60-an. Sejak saat itu, Pak Ci punya beberapa kesempatan untuk mengenal lebih dekat seniman yang dikaguminya tersebut.

Baca juga Karya Delapan Seniman Yogyakarta Hadir di Jeonbuk

Namun sayang, Hendra ditangkap karena keterlibatannya dengan Lekra dan menjadi tahanan politik (tapol) di medio 60-an. Selama 13 tahun Hendra berada di balik jeruji besi sebagai tapol, namun semangat berkeseniannya tetap ada. Ia mendapat banyak pekerjaan komisi dan sempat menggagas dibuatnya pameran di penjara di tahun 1972.

Sekitar 1978 tak lama setelah Hendra bebas dari status tahanan politik (tapol), Pak Ci kembali bertemu dengan Hendra. Kala itu Hendra berkunjung ke Pasar Seni Ancol, yang tak lain adalah proyek gagasan Pak Ci atas kecintaan terhadap seni–terutama kepada karya Hendra. Namun, Hendra lantas pergi dan bersembunyi di balik pohon.

Dari balik pohon, Hendra menangis saking terharu melihat adanya tempat bagi seniman seperti Pasar Seni Ancol yang. Dari situ, Pak Ci tahu pergulatan Hendra dalam menjual lukisan semasa muda, bahkan harus menjualnya dari rumah ke rumah.

Baca juga ART SG Saingan Baru Art Stage Singapore

Kesulitan di masa muda Hendra menjadi ‘pemantik’ tersendiri bagi Pak Ci. Ia merasakan kesulitan yang sama di masa muda, yang ternyata juga menjadi salah satu alasan adanya kedekatan Pak Ci dengan seorang Hendra Gunawan.

“Mengapa saya menyukai (karya) Hendra? Karena sama dengan ekspresi jiwa saya. Dia selalu menggambarkan rakyat jelata yang menderita. Saya sama dengan Hendra Gunawan. Kami sama-sama berjuang, hidup itu perjuangan,” tutur Pak Ci di konferensi pers.

Sebagai pameran terbesar Hendra Gunawan sepanjang sejarah di Indonesia, para pecinta seni tentunya akan menunggu seperti apa karya-karya Hendra sewaktu berada di ruang tahanan. Kita juga tampaknya pantas menunggu aksi 70 seniman dalam merespons karya Hendra. Mungkin dua pameran ini akan menjadi kado manis untuk di satu abad Hendra Gunawan. Seperti ucapan Pak Ci tentang “Prisoner of Hope” lewat ungkapan ‘berakit-rakit dahulu, berenang-renang ke tepian; bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian’.penutup_small