Seniman asal Belanda, Noella Roos, memamerkan 20 karya drawing dalam pamerannya yang bertajuk “Between the Lines” pada 14-31 Agustus 2015 di Sangkring Art Space, Bali. Gambar-gambar berukuran besar Noella menampilkan karya yang dihasilkannya dari sebuah kolaborasi antara musik – tarian – gambar. Untuk kolaborasi ini, Noella mengajak Fendy Rizk, seorang pemain contrabass asal Jawa dan Ari Rudenko, penari dari Amerika. Penampilan ketiganya juga membuka pameran ini.
Tajuk “Between the Lines” dipilih sebagai bentuk ekspresi sensualitas dan emosi dalam gambar-gambar Noella ketika menangkap pergerakan si penari. “Gambar-gambar tersebut merupakan proyeksi dari penari, musisi dan saya. Mereka adalah kata-kata yang tidak terucapkan oleh kami para seniman, yang bekerja bersama,” ujar Noella dalam siaran pers.
Kontak tanpa kata-kata ini yang coba “dibahasakan” dalam kolaborasi mereka. Dengan merasakan trance yang terjadi diantara ketiganya, gambar-gambar Noella dibuat dan berusaha menangkap perasaan-perasaan si penari ketika si penari sendiri tidak melihat apa yang digambar Noella. Ini yang membuat garis-garis di gambar Noella terlihat dinamis dengan ketebalan dan ketipisan yang membuat hidup model di gambarnya.
Proses kreatif ini juga direkam dalam sebuah video dokumenter yang turut dipamerkan. Pameran ini sebetulnya sudah pernah diadakan di Cemara 6 Galeri, Jakarta. Namun, saat itu yang tampil secara langsung saat pembukaan, hanya Fendy Rizk dan Ari Rudenko. Oleh karena itu, untuk membuat pengunjung merasakan secara langsung penyatuan energi ketiganya selama berkarya, Noella ikut menggambar juga dalam pembukaan pameran kali ini.
Noella memilih bekerja sama dengan penari karena menurutnya, pergerakan penari membawa emosi sendiri dan ia mencoba menangkap emosi itu untuk membuat gambarnya hidup. “Saya tidak bekerja dengan model yang diam berpose, karena pose merupakan ide yang mutlak, bukan perasaan,” ujarnya. Ia juga mengaku tidak langsung bisa mendapat ilham apa yang mau digambarnya ketika si penari memulai tariannya, “Namun dalam perjalanan kami, saya akan mulai ‘bertemu’ dengan sosok sang penari. Apakah dia bahagia, tertekan, jatuh cinta atau baru saja kehilangan orang yang dia cintai. Penari mengekspresikan perasaan mereka ke dalam tarian (gerakan tubuh mereka) dan saya menggunakan energi tersebut dalam karya saya,” tambahnya lagi.
Selama 25 tahun, ia menekuni proses kerja sama berkarya dengan penari. Ia mengatakan bahwa proses seperti itu akan menghilangkan egonya dan memilih untuk melebur ke dalam trance yang terbangun setelah dua jam mengamati si penari. Ini yang akhirnya menghasilkan sensualitas, yang dijelaskan Noella dengan “bisa merasakan emosi penari dalam gambarnya dengan kelima indera manusia.” Seniman yang senang berkarya di atas medium kertas ini berujar, “Saya mencintai ide bahwa Anda bisa mencium aroma penari saya melalui gambar yang saya buat, atau mendengarkan tangisan penari saya di dalam gambar tersebut. Namun saya juga menemukan sensualitas dalam keras dan lembutnya gerakan tubuh sang penari, dan semoga Anda juga bisa menemukannya dalam karya saya.”
Dan untuk perkembangan karyanya, Noella mengatakan ingin bekerja dengan garis-garis yang bukan hanya sebatas menjadi outline, namun juga sebagai garis-garis dalam tubuh yang ia tangkap dari si penari. “Untuk masa depan, saya ingin bekerja dengan garis-garis yang lebih bebas, tidak hanya garis-garis yang terlihat sebagai outline, namun garis-garis dalam tubuh. Dan dengan model baru saya, saya menghasilkan karya yang lebih halus, karena garis yang dibuat oleh kapur arang bisa menghasilkan warna yang lebih halus, dan perasaan yang diberikan oleh penari baru saya sangatlah halus. Tahun lalu, saya banyak bekerja dengan emosi dramatis, seperti seorang Yesus yang jatuh dari salib. Namun tahun ini saya berharap lebih dengan emosi cinta, seperti malaikat di udara,” ujarnya.