IMG_3011
Pameran KurikuLAB di Galeri Cipta II 16-30 Oktober 2014

Pendidikan merupakan topik yang tidak akan ada habisnya untuk dibahas. Seniman sekaligus kurator MG Pringgatono bersama rekan-rekannya yang tergabung dalam Serrum Art Community, pada 16-22 Oktober 2014 menggelar sebuah pameran seni yang menyentuh tentang pendidikan berjudul KurikuLAB.

Namun, pameran yang juga dikuratori oleh Angga Wijaya dan M. Sigit Budi S. ini tidak terlihat seperti pameran biasa. Selain Showcase karya-karya seniman Serrum dalam pameran sebelumnya, yang dipamerkan adalah hasil diskusi dengan berbagai macam pendukung pendidikan (educational stakeholder), mulai dari murid-murid dan guru sampai pemerhati pendidikan.

Pertemuan diadakan selama 4 hari, dari 16-19 Oktober 2014. Pertemuan pertama adalah kelas eksperimen Rupamatika, tentang kedekatan matematika dengan seni rupa. 

Seringkali banyak murid yang tidak menyukai bahkan takut dengan matematika. “Karena buat mereka, mereka tidak bisa melihat korelasi fungsi matematika dengan kehidupan. Apa ya, untuk apa matematika itu? Dan guru juga tidak memberikan alasan. Tidak memberitahu kenapa kita harus belajar logaritma, kenapa harus belajar persamaan linear. Jawabannya biasanya, ‘Ya nanti karena kamu harus menjawab soal ujian.’ Sebatas itu,” jelas MG yang juga guru matematika di Erudio School of Art (ESoA).

IMG_3037
Hasil karya murid-murid SMA/SMK dalam diskusi Rupamatika
[Photo by Jacky Rachmansyah]
“Matematika itu sebetulnya konsep, cara berpikir. Nah itu yang bisa dipakai buat kehidupan sehari-hari. Kita menjelaskan dengan persoalan yang akan ditemui dalam seni rupa,” ujar MG menjelaskan konsep Rupamatika.

Dalam kelas ini, Serrum mengundang guru matematika, dan siswa SMA/SMK dari berbagai sekolah yang berbeda. Mereka bereksperimen dengan  persamaan linear yang menggunakan dua bentuk berbeda. Anak-anak akan membuat sesuatu menggunakan bentuk yang diberikan. Pada akhirnya, anak-anak menghitung jumlah bentuk yang digunakan. Rupanya, bentuk A terdiri dari 3 segitiga, sementara bentuk B terdiri dari 4 segitiga. Lalu, disebutlah bahwa bentuk A adalah X dan bentuk B adalah Y; sehingga lahirlah persamaan linear.

Dengan membuat bentuk, anak-anak bisa membayangkan kalimat matematikanya. Dari situ mereka lebih mudah menangkap fungsi persamaan linear dalam seni rupa.

Selama tiga hari berikutnya, diadakan Focus Group Discussion (FGD) yang berkolaborasi dengan pendukung pendidikan. Pertama, kolaborasi dengan guru-guru kreatif dari berbagai sekolah formal dan non-formal, dengan pembahasan berjudul “Mengajar dengan Cara Berbeda”. Kedua, berkolaborasi dengan pengelola sekolah dari berbagai latar belajang jenis pendidikan, dengan pembahasan “Sekolah, Cara dan Tujuan”. Ketiga, berkolaborasi dengan praktisi lintas disiplin yang memiliki fokus terhadap konteks pendidikan, dengan pembahasan “Sistem dan Kebijakan Pusat vs Inisiatif Lokal”.

Semua peserta diskusi akan bertukar pikiran secara harfiah. Misalnya, dalam diskusi pertama para guru akan menuliskan langkah-langkah yang mereka lakukan saat mengajar, lalu informasi tersebut diputar kepada para peserta lainnya sehingga mereka bisa menuliskan komentar-komentar. Dalam satu sesi di diskusi kedua, para kepala sekolah menggambar denah sekolah mereka, yang akan sama-sama dikomentari oleh kepala sekolah lainnya. Setelah proses diskusi selesai, berbagai pembahasan, gagasan, pernyataan maupun pertanyaan menjadi karya yang dipresentasikan dalam bentuk rekaman selama diskusi, seperti video, foto, coretan teks dan gambar.

IMG_2983
Kelas Menggambar Anak tiap pukul 16.00 setiap hari selama pameran berlangsung.
[Photo by Jacky Rachmansyah]
Pameran tunggal Serrum ini menjadikan sebuah pameran semacam laboratorium pemikiran. Terdapat sebuah studio rekam yang bernama “Rec. Ayo Rec.” untuk merekam praktik tutorial. Studio interaktif ini menjadi sarana dan ajakan terbuka untuk siapa saja yang ingin berbagi pengetahuan dan pengalaman tentang apa saja melalui media video. Selain itu, selama pameran berlangsung juga terdapat kelas menggambar untuk anak usia 3-10 tahun dengan guru gambar yang berbeda tiap harinya. Nantinya rekaman kelas ini akan didistribusikan kepada para calon guru di daerah-daerah.

“Karya Serrum adalah modul pertemuan ini. Kita mencoba membuat dokumentasi. Kurang lebih itu pola kerja Serrum,” ujar MG.