Pada 9 Oktober di Korea Selatan diadakan Korean Alphabet Day atau dikenal sebagai Hangul Day, hari nasional yang memperingati pembuatan alfabet asli Korea sejak abad 15. Bersamaan dengan itu, bekerjasama dengan Kedutaan Besar Republik Korea dan Galeri Nasional Indonesia, Center for Art and Community Management (Arcolabs) Surya University membuka sebuah pameran seni yang mengangkat tema tipografi pada 8 Oktober lalu di Lotte Shopping Avenue, Jakarta.
Karya seni yang dipamerkan bukan hanya mengandalkan keindahan tipografi alfabet Korea, namun juga alfabet bahasa Indonesia dan bahasa terkonstruksi (conlang).
Pameran berjudul “Typotopia” ini dikurasi oleh tim Arcolabs Surya University, yang terdiri dari Hilmi Fabeta, Evelyn Huang and Jeong-ok-Jeon. Judul pameran sendiri merupakan gabungan dari “typo” dan “utopia”, yang bermakna kumpulan seniman yang sama-sama memiliki minat dalam seni tipografi. Sebanyak 13 seniman berpartisipasi, dengan 5 seniman Korea dan 8 seniman Indonesia. Karya-karya yang dipamerkan kebanyakan berupa karya instalasi interaktif, karena lokasinya yang akan sering dilewati pengunjung mall.
Salah satu karya yang cukup menarik perhatian pengunjung dan media adalah karya Adityo Pratomo berjudul “Peradaban” (2014). Karya interaktif berupa layar yang terhubung dengan wadah air ini mengundang pengunjung untuk beinteraksi dengan menuangkan air ke dalam wadah. “Setiap tindakan akan menghasilkan visual yang berbeda yang diterjemahkan dengan implementasi algoritma khusus dalam kode komputer.”
Kata “Peradaban” sendiri dipilih Adityo dengan mengambil makna bahwa dalam terciptanya sebuah peradaban selalu ada berbagai elemen tergabung di dalamnya, termasuk kontribusi alam yang diwakili oleh elemen air. Karya ini menambahkan sebuah pemikiran baru tentang seni tipografi interaktif, yang bukan hanya berupa seni memilih dan menata huruf namun juga bisa menambahkan sebuah efek kejut. Pengunjung tidak tahu efek visual apa yang akan terjadi setiap menuangkan air (karena algoritma khusus tersebut bersifat random), sehingga efek yang dihasilkan tidak terduga.
Salah satu karya tipografi visual terdapat pada karya Bujangan Urban & Tangsel Creative Foundation berjudul Peace Monumentally (2014). Karya ini secara visual membentuk sebuah alfabet Korea yang berarti “damai”. Di permukaannya menampilkan seni visual dari street artist Bujangan Urban, yang juga tetap menampilkan tipografi khas street art dalam bahasa Indonesia.
Bahasa terkonstruksi atau dikenal dengan sebutan conlang (constructed language) ditampilkan dalam karya Syaiful Aulia Garibaldi berjudul “Terhah Font Installation #2” (2014). Karya yang sekilas terlihat seperti bahasa isyarat ini merupakan tipografi bahasa conlang bernama ‘Terhah’ yang dibuat Syaiful dalam tugas kuliahnya sejak 2006.
Bentuk-bentuk 26 huruf ditentukannya dari pergerakan mikroba dalam cawan petri yang tumbuh dengan sendirinya lalu di-capture pada momen yang tepat. Selanjutnya, Syaiful menciptakan kata per kata yang unik sehingga bisa dirangkai dalam sebuah kalimat. Huruf-huruf dalam karya ini dibentuk melalui media pakis dan ditumbuhi lumut, sehingga perlu disemprotkan air agar tetap tumbuh menghijau. Agar pengunjung mengerti makna huruf Terhah tersebut, Syaiful menyertakan sebuah tablet yang berisikan kumpulan kosa kata Terhah. Kosa kata ini nantinya akan dimasukkan ke dalam situs di mana publik bisa mengakses dan menambahkan kata yang belum ada.
Makna utopia dalam pameran ini agaknya mengarah pada bahasa terkonstruksi Terhah buatan Syaiful. Tipografi unik ini dibuat seakan untuk komunikasi para makhluk Terhah, yang dibuatnya dalam rangkaian karya Interstitial: Terhah (2014). Layaknya sebuah keadaan khayalan yang hampir sempurna, karya Syaiful mengombinasikan dua hal yang diangkat dalam pameran ini: tipografi dan utopia. Seperti kata Syaiful saat menjelaskan karyanya: “Jika kamu ingin mengetahui saya, pelajari bahasa saya.”
Secara garis besar, karya-karya yang ditampilkan dalam Typotopia ini bisa dinikmati dengan mudah oleh pengunjung. Beberapa karya interaktif menggunakan balok mainan yang berbentuk alfabet Korea yang bisa dimainkan, seperti pada karya Kim Yong Kwan berjudul “Alpha Bit” (2014); atau juga karya interaktif berupa proyeksi huruf-huruf Hangul yang bergerak-gerak karya berjudul “Hangul + Imagine” (2009) oleh Choi Seung Joon. Pameran ini masih berlangsung hingga 31 Oktober 2014.