Setelah berselang setengah tahun, Raden Saleh kembali lagi di Jakarta dalam bentuk yang lain. Bukan hanya karya lukisannya secara nyata, sebagaimana dalam pameran lukisan “Raden Saleh dan Awal Seni Lukis Modern Indonesia” di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, 3-17 Juni 2012 lalu—yang merupakan rekor pameran seni rupa dengan pengunjung paling banyak: 20 ribu orang. Raden Saleh hadir kembali di Jakarta pada 11 Desember 2012, tepatnya di Goethe–Institut, dalam wujud sebuah buku berisi: karya-karyanya berupa gambar, sketsa, litografi, serta 59 lukisan-lukisan cat minyaknya; juga surat-surat “Bapak Pelukis Indonesia” tersebut. Dengan kehadiran buku setebal 357 halaman tersebut, kini sebagian masyarakat Indonesia tak lagi hanya kenal nama dan mitos pelukis Indonesia pertama yang merambah ke kancah global, juga tak hanya melihat wujud nyata karya-karya lukisnya; melainkan juga mengenal sepak terjangnya, gagasan-gagasannya, serta berbagai sisi kehidupan pribadinya (lihat: Spesifikasi dan Fitur Buku).

  • Raden Saleh: The Beginning of Modern Indonesian Painting merupakan buku terlengkap mengenai Raden Saleh. Buku yang rencananya terbit pada saat pameran, sayangnya, baru terbit enam bulan kemudian.
  • Pengerjaan projek ini, mulai dari penelitian, penyelenggaraan pameran, sampai penerbitan buku, ternyata diwarnai jatuh bangunnya Kraus dan tim peneliti.
  • Salah satu rangkaian acara dalam peluncuran buku tersebut adalah pengumuman pemenang lomba esai “Mengenang Raden Saleh” yang sekaligus hendak mengingatkan kita mengenai perjalanan hidup Raden Saleh.

Buku Raden Saleh: The Beginning of Modern Indonesian Painting yang ditulis oleh Dr. Werner Kraus  (Direktur Pusat Seni Asia Tenggara di Passau, Jerman) merupakan sumbangan besar, bukan hanya dalam bidang seni rupa modern Indonesia, melainkan juga perihal sejarah dan kebudayaan Indonesia. Buku ini patut diapresiasi baik oleh masyarakat luas maupun pemerintah kita. Kraus menyatakan: buku ini sepenuhnya didedikasikan untuk masyarakat Indonesia. Karya besarnya ini merupakan usaha untuk membangkitkan ingatan anak negeri akan pelukis besar yang terlupakan itu.

Read more…