Sahlul Fahmi, "Semua Ada Masanya", fotografi, 120 x 185 cm print on flexy, 2014

Gresik, yang terbilang jarang ada pameran seni, menghelat pameran bersama “GressArt0.1” oleh Galeri Senirupa Gresik. Sebuah langkah penting menjadikan Gresik salah satu medan sosial seni rupa di Jawa Timur.

Penyelenggaraan pameran seni rupa di Gresik terbilang sangat jarang. Dukungan pemerintah minim, ditambah lagi tak adanya ruang pamer yang representatif untuk sebuah pameran bergengsi. Kondisi ini coba dipecahkan sekumpulan penggiat seni yang tergabung dalam Galeri Senirupa Gresik (GASRUG) yang berkehendak menyelenggarakan sebuah pameran yang serius, terkonsep, dan digarap dengan persiapan matang.

Bertempat di Gedung Wahana Ekspresi Pusponegoro (WEP) di Jl. Jaksa Agung Suprapto, Gresik diselenggarakan perhelatan pameran bertajuk GresArt 0.1 pada 2 – 7 Oktober 2016. WEP dengan konsep urban venue biasanya digunakan untuk acara pergelaran seni dan budaya serta pertunjukan musik.

Nevere Emje,
Nevere Emje, “Absurd”, media cutteristic.

Dengan mengusung tema “Spirit(ac)tual”, pameran ini diikuti 17 seniman dari wilayah Gresik. Masing-masing peserta menempati booth berukuran 2×3 meter untuk memajang karya mereka, semacam pameran tunggal bersama. Setiap peserta diberi kebebasan mengeksplorasi dan mendisplay karya berdasarkan tema yang sudah disepakati bersama.

Menurut ketua GASRUG Aries Daboel, “Spirit(ac)tual” adalah ukuran proses aktualisasi diri dalam bekarya dengan sudut pandang kekinian yang didasari semangat keyakinan dan kedalaman karya.

Kurator Dwiki Nugroho Mukti menggunakan sistem open call yang telah dibuka sejak 15 Juni 2016 bagi seniman yang bertempat tinggal di wilayah Gresik. Dari 33 peserta yang mengajukan konsepnya terpilih 17 peserta dengan pertimbangan kekaryaan dan konteks tematik dan diasumsikan dapat merespon dan mengikuti pameran Gres Art 0.1.

Aly Waffa, judul
Aly Waffa, judul “Five Principles Human”, 200 cm x 150 cm, acrylic on canvas

Karya-karya yang ditampilkan cukup beragam dan didominasi lukisan, di antaranya karya Aly Waffa, Mufid Maksum, Achmad Feri, Ahmad Yon Rizal, Rachmat Basuki, Komang Jaya, Subeki Saja, Sugi Harsono, Agus Anto, Teguh, dan Didik Triyoko. Selain itu, terdapat karya seni rupa berbasis fotografi (Sahlul Fahmi), digital print pada neon box dan lukisan (Aam BdDs), gabungan desain grafis dan cutteristic (Nevere Emje), instalasi ruang (M. Riyanto), patung dan lukisan (Joko Iwan), dan instalasi multi media (Aries Daboel).

Kebebasan yang diberikan kepada  seniman untuk merespon tema “Spirit(ac)tual” memunculkan persepsi yang beragam. Ada yang melihat spiritual dari sudut kritik sosial, seperti tercermin dalam karya Aly Waffa, Five Principal Human, yang menyoroti lunturnya nilai-nilai kebangsaan, toleransi keagamaan, kemanusiaan, dan keadilan dalam kehidupan. Masyarakat kini cenderung lebih mementingkan kepentingan kelompoknya dan pribadinya tanpa peduli terhadap kepentingan bersama.

 

*Ulasan lengkap Seni Rupa Gresik yang Berbenah dapat dibaca di majalah Sarasvati edisi Oktober 2016.