Sebagai salah satu art fair terbesar di Asia, Art Basel Hong Kong menjadi salah satu event seni yang paling ditunggu. Bukan hanya sebagai tempat dimana para kolektor mencari tahu karya-karya seni lewat galeri-galeri yang hadir, tetapi juga ajang berbagi informasi mengenai perkembangan seni rupa pada masing-masing negara, saling bertukar pikiran antara direktur museum satu dengan lainnya ataupun antar kurator demikian juga seniman.
Mendapat julukan kota transit dunia, menjadikan Hong Kong sebagai lokasi yang pas untuk pertemuan-pertemuan berskala internasional. Sehingga tak heran kalau Art Basel Hong Kong sendiri sering dijadikan langkah awal bagi seniman ataupun galeri untuk menyelam lebih dalam ke dunia seni.
Baca juga 8 Situs Indonesia yang Diakui Sebagai Warisan Dunia, Kota Tua Jakarta Bakal Jadi yang ke 9?
“Kurator, seniman, kolektor, datang ke Art Basel Hong Kong untuk belajar lebih banyak mengenai seni rupa,” kata Adeline Ooi, Director Asia of Art Basel saat ditemui Sarasvati di Lobby Four Season Hotel Jakarta awal November kemarin.
Baru beberapa bulan sebelumnya Adeline dan tim selesai mengeksekusi Art Basel Hong Kong 2017 dan kini kembali disibukkan dengan persiapan Art Basel Hong Kong 2018 yang akan diselenggarakan 29-31 Maret 2018 di Hong Kong Convention and Exhibition Centre (HKCEC).
Tahun yang akan datang bakal ada 248 galeri dari 32 negara yang berpartisipasi mengisi tiga sektor galeri yaitu Galleries, Insights dan Discoveries yang akan merepresentasikan karya seni rupa mulai dari seni modern sampai kontemporer.
“Dastan’s Basement adalah salah satu galeri unik yang akan tampil di section Insight,” kata Adeline saat ditanyakan tentang galeri unik di Art Basel Hong Kong 2018. Menurut Adeline, sejak 1970, belum pernah ada galeri dari Iran yang mengirim proposal untuk bergabung di Art Basel. Sebagai negara yang terletak di Asia Barat Daya, Iran memiliki sejarah dan kebudayaan yang eksotik termasuk perubahan bentuk negara dari kekaisaran sampai menjadi republik seperti sekarang ini.
Baca juga Teguran Khas Butet Kartaredjasa Lewat “Goro-goro Bhinneka Keramik”
Dastan’s Basement menjadi visual reference untuk perubahan dan perkembangan Iran sebagai lewat karya-karya yang mereka pamerkan meliputi tiga dimensi instalasi sampai kepada lukisan-lukisan mungil dengan gaya kekaisaran yang sudah dikontemporerkan.
Selain Dastan’s Basement yang menarik lainnya adalah galeri-galeri berasal dari India yang mengisi ketiga sektor sehingga informasi mengenai perkembangan seni rupa di India dapat diperoleh secara lebih luas.
Sebagai informasi untuk sektor Galleries sebagai galeri utama akan menampilkan karya-karya seniman yang sudah established, Insights sendiri lebih memajang karya-karya yang temanya lebih bersifat sejarah dengan konten Asia dan Discoveries lebih berfokus pada seniman pendatang baru dengan karya-karya yang fresh dan menjanjikan.
Adeline juga bercerita soal keterlibatan seniman dan galeri asal Indonesia di Art Basel Hong Kong 2018, “Nadi Gallery akan mengisi di sektor Galleries dan Roh Projects akan ada di sektor Discoveries yang menampilkan Faisal Habibi. Buat yang mengikuti karya-karya Faisal, project ini akan menjadi sesuatu yang menarik. Faisal dikenal dengan material karya yang bisa kita lihat sehari-hari tapi di tangannya berubah menjadi fine art. Saya pernah melihat karya Faisal dari gantungan baju yang bikin mikir, ini kok bisa gini ya? Terkadang ada sisi humornya juga,” jelas perempuan yang pernah menjadi intern researcher di Cemeti Art House Yogyakarta ini.
Baca juga Perubahan Seni dan Dunia di Perdana Museum MACAN
Buat Adeline dengan bergabungnya Nadi Gallery dan Roh Projects di Art Basel Hong Kong dapat menjadi semacam trailer untuk dunia melihat perkembangan seni rupa di Indonesia dari dua generasi yang berbeda.
“Ketika membicarakan perkembangan seni rupa di Indonesia bukan hanya tentang karyanya saja tetapi lingkungan dimana karya tersebut dibuat. Ada banyak multitasking role yang berperan, seniman yang bertindak sebagai kurator dan pemilik galeri dan bagaimana mereka memanajemen fungsi-fungsi tersebut sehingga menjadi kolaborasi yang hebat. Saya tidak melihat hal seintens ini terjadi di negara-negara lain,” tutup Adeline.
Artikel Membaca Peluang Seniman Indonesia di Pasar Seni Asia dimuat di majalah SARASVATI edisi Desember 2017.