Di balik pakaian kuning, sesosok perempuan berkulit putih dan berambut hitam tampak gemulai menari. Tangan kirinya menggenggam bunga putih. Matanya terpejam, seperti tenggelam dalam alunan tarian. Itulah yang tampak dari Beautiful Women 1 (2017) karya I Ketut Tenang.
Sejak tahun 2000-an, I Ketut Tenang dikenal lewat lukisan figuratif bertema perempuan. Sosok perempuan yang dihadirkannya hampir selalu sama: putih, tinggi semampai, berambut hitam, dengan sekuntum bunga di tangan. Karyanya begitu tenang, sama seperti nama sang pembuat. Proporsi dan komposisi menjadi hal yang ditekankan lewat lukisan figuratifnya.
Baca juga Garis dan Distorsi Wayan Sunadi
Seperti kebanyakan seniman Bali angkatan 90 di ISI Yogya, Tenang awalnya juga bereksplorasi dengan gaya abstrak ekspresionisme. Namun hal ini tampaknya tak terlalu menyentuh jiwa berkesenian Tenang, sehingga ia lebih memilih figur perempuan sebagai curahan kreativitasnya. Eksplorasi figur tersebut bermula sejak masa tugas akhir kuliah, sebagai representasi dari sosok perempuan yang dia sukai. Tak lama setelah lulus dari ISI Yogyakarta, Tenang kembali ke Denpasar dan berkarya di tanah kelahirannya tersebut hingga kini.
Hal yang cukup mengejutkan ditampilkan Tenang pada pameran terbarunya pada Maret 2018 di Bidadari Art Space, Bali. Selain memamerkan lukisan berfigur wanita yang khas, Tenang kembali menggunakan abstrak sebagai bahasa rupa lewat sebagian karyanya.
Kanvasnya masih didominasi warna-warna dingin, seperti hitam, putih, dan biru. Tampak masih ada jejak figuratif perempuan yang semu di beberapa karyanya.
Baca juga Abstraksi Puitis Mahendra Mangku
Sedangkan sisanya, tampak berisi corak berulang, baik dari sapuan ataupun tetesan cat. “Repetisi itu bagaikan mantra, yang diulang-ulang akan membawa kedamaian hati,” ujarnya.
Tenang mengakui bahwa dalam empat tahun terakhir, ia kembali menekuni abstrak. Tanpa alasan, hanya mengikuti keinginan hatinya. Bagi Tenang, baik gaya figuratif maupun abstrak memiliki tantangan tersendiri saling melengkapi. Jika figuratif lebih membuatnya teratur, presisi, dan pasti soal hasil akhir, maka lewat abstrak Tenang mendapat ruang eksplorasi yang tanpa batas dan momentum untuk menemukan yang ”pas”.
Baca juga Berteguh Iman pada Tebaran Daun
I KETUT TENANG
Lahir: Denpasar, 16 Desember 1969
Pendidikan
1987-1990 Sekolah Menengah Seni Rupa Denpasar, Bali
1990-1996 Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia/ISI Yogyakarta
Milestone:
1990 Menerima tiga penghargaan sekaligus dari ISI Yogyakarta untuk lukisan cat minyak terbaik, lukisan cat air terbaik, dan sketsa terbaik.
1993 Pameran bersama Kelompok Sebelas di Indonesia Kerthi Wood Carving, Ubud
1995 Bertolak dari Yogyakarta dan kembali ke Denpasar, Bali
2001 Berpartisipasi dalam pameran “Memasuki Sejarah” di Pondok Indah, Jakarta bersama seniman-seniman besar di antaranya seperti Abas Alibasyah, Mulyadi W, Djoko Pekik, Edi Sunaryo, Nyoman Sukari, Made Djirna, dan Lucia Hartini.
2018 Tenang menggelar pameran tunggal pertamanya “Diversity” di Bidadari Art Space, Bali.
Baca juga Karya Monumental hingga Refleksi Sinis Pande Ketut Taman
Pameran Penting:
- Pameran bersama “Memasuki Sejarah”, 2001, Pondok Indah, Jakarta
- Pameran tunggal “Diversity” di Bidadari Art Space, Bali
Penghargaan:
- Lukisan Cat Minyak Terbaik, ISI Yogyakarta, 1990
- Lukisan Cat Air Terbaik, ISI Yogyakarta, 1990
- Sketsa Terbaik, ISI Yogyakarta, 1990
- Finalist Indonesian Art Awards, Indonesian Fine Arts Foundation Philip Morris Art Award, 1997
Karya Penting:
- Semangat Wanita (2001)
- Wanita (2001)
- Balance Crossing (2008)
Kolektor:
- Ridwan Muljosudarmo
- Tjipjanto Soerjanto
- Oei Hong Djien
- Jasdeep Sandhu
- Ketut Sumerta Wijaya
- Hadi Wiranata
Seniman yang Dikagumi:
- Nyoman Gunarsa
- Basuki Abdullah