Karya keramik Bonggal Jordan Hutagalung tampil secara mutakhir bukan dengan bentuknya, tetapi dengan ornamen yang ia lekatkan pada permukaan karya keramiknya. Siasat ini bisa dikatakan berhasil untuk membedakan karyanya dengan karya-karya pendahulunya di seni keramik.
Pameran Bonggal yang berlangsung di Galeri Hidayat Bandung layak dicermati. Ia memamerkan karya keramik dengan bentuk yang konvensional. 12 karyanya berupa keramik ukuran tak lebih dari 51 cm dan diameter tak lebih 40 cm. Bentuk keramik itu betapa pun variatif, tetap dikenali sebagai bentuk keramik yang dikenal pada umumnya, yaitu guci. Keramik-keramik yang ia buat lahir dari sentuhan tangan dengan pengapian 1180 derajat celcius dan selama kurun tahun 2013. Dinding keramik yang tipis, berongga, hasil dari kepiawaian teknik dan perupaan warna-warna pada sisi permukaan luar keramik.
Bonggal yang studinya di ITB memilih studi keramik dan selesai pada 2012, memilih bentuk yang tidak di luar kelaziman. Karya-karyanya mengambil bentuk keramik sebagai yang bisa berdiri dengan bagian dalam berongga serta bagian atas terdapat lobang. Keramik jenis ini tidak aneh dan kebanyakan orang tahu akan hal itu. Hanya saja, variasi bentuk itu tidak terlalu jauh dari bentuk dasarnya yang serupa.
Karya berjudul That Thing, ukuran 44x38x35 cm, tidak jauh beda dengan karya Renegades of Funk ukuran 46x40x40 cm. Hanya pada diameter yang membedakan karya ini, satu karya lebih telihat gemuk dibanding yang lain. Begitu juga bila melihat karya El Docto ukuran 51x32x32 cm. Karya ini lebih ceking dibandingkan karya sebelumnya. Dan bila mencermati 12 keramik karya bonggal secara bentuk keramiknya tak jauh daripada yang telah disebutkan.
Bonggal tampaknya memiliki strategi meski ia secara kuantitatif membuat karya yang nyaris seragam. Ia bersiasat bukan dengan bentuknya, tetapi pada ornamen yang ia lekatkan pada masing-masing karya. Sekalipun hanya tampak sebagai ornamen pada badan keramik, tapi cukup mampu memberi pemaknaan yang berbeda pada masing-masing karya sehingga tak ada persoalan dengan keseragaman bentuk keramik. Bonggal mengajak berwacana di luar soal keramik tetapi soal isu-isu mutakhir yang dilontarkannya dengan cara memasukan yang ornamen ke dalam badan keramiknya.
Pelekatan pada karya itu menimbulkan asosiasi yang melampaui wujud keramik itu sendiri. Keramik sebagai keramik tidak memberi pesan yang jelas. Ia hanya berasosiasi ketika menyangkut riwayat bentuk dan teknik pembuatan keramik dari dulu hingga kini. Rupanya Bonggal menyadari keterbatasan itu. Karena itu, karya-karyanya tidak sebatas wujud bentuk keramik, tetapi juga dengan memberi pesan berupa tulisan dengan gaya tertentu, lukisan di atas punggung karya, atau adanya wujud karya lain yang dilekatkan pada keramik tersebut.
Dengan adanya pelekatan berbagai bentuk patung, lukisan dan tulisan di atas punggung keramik, ada pesan yang jelas yang hendak disampaikan Bonggal. Bonggal, sekalipun menguasai teknik secara bagus pembuatan keramik, ia ingin lebih dari sekadar itu.
Karya berjudul Untitle Pot ukuran 51x31x31 cm menyatakan isu yang hendak diwacanakan Bonggal. Dalam karya itu tampak lambang salib dari kayu dipasang terbalik. Permukaan keramik dicat warna hitam, sementara di sekitar salib terdapat car warna putih yang tak membentuk objek kecuali ceceran yang konsisten. Meski karya ini tidak memberi judul yang bisa mengantarkan ke pemaknaan tertentu, karya ini berkenaan dengan soal spiritualitas kristiani. Di situ salib berada dalam posisi dibalik. Juga warna gelap yang menjadi latar belakang warna dan kurangnya kontras antara hitam dan cokelat dari kayu tanda salib.
Karya Just Another Day Living in the Hood ukuran 50x30x30 cm dengan verbal memasang pernyataan lengkap dengan logo dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Penyataan itu berupa tulisan dari seng yang diambil dari aslinya “Pendidikan dan Keterampilan”. Tulisan verbal ini secara provokatif mengenai apa yang telah diprogramkan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan kepada rakyat. Hampir semua tahu banyak masalah dalam kementerian ini. Persoalan korupsi, ujian nasional yang berantakan, anggaran tertinggi dibandingkan departemen lain, lulusannya yang tidak berkualitas, dan seterusnya. Karya keramik ini tidak sekadar menunjukkan sebagai karya keramik semata dengan sekian keterampilan teknisnya, tetapi juga menyuguhkan soal-soal di luar itu. Perhatian pada soal sosial yang urgen di masyarakat menjadi kelebihan karya Bonggal.
Fenomena karya-karya Bonggal ini tidak lain dari konsekuensi dari zaman di mana Bonggal berada. Era kini adalah era informasi begitu beragam dan semua orang dengan lelauasa dapat mengaksesnya melalui internet. Mewakili zaman sekarang dengan semangat yang pop namun tetap kritis tecermin dalam tajuk pameran Bonggal Pottrippin yang berlangsung 23 Oktober hinggal 12 November 2013. Tajuk Pottrippin ingin diartikan sebagai wisata gerabah karena memiliki kedekatan pelafalan dengan pottery trip in dalam budaya hip hop. Pameran keramik Bonggal ini merupakan rangkaian pameran besar Bandung Contemporary.
“Melalui karyanya Bonggal mampu menunjukkan kepekaan atau sensibilitas dalam menangkap hal-hal yang tidak mudah diterima, cela, vulgar, dan anomali. Bertentangan dengan nilai kepercayaan pada umumnya yang sangat menjunjung tinggi keindahan, keseimbangan, dan keteraturan,” ungkap Rifandy Priatna selaku kurator. ***