Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid (kanan) dan Duta Besar Belgia untuk Indonesia Patrick Hermann. (Foto: Silvia Galikano)

Europalia Arts Festival Indonesia resmi diluncurkan Menteri Pariwisata RI Arief Yahya pada 31 Agustus 2017 di Gedung Sapta Pesona Kementerian Pariwisata RI, Jakarta. Artefak Nusantara yang Juli lalu dipamerkan di Museum Nasional, kini tinggal menunggu jadwal dikapalkan. Pembukaannya di Brussels, Belgia tinggal sebulan lagi, 10 Oktober 2017.

Europalia adalah festival seni yang berfokus pada satu budaya dalam bentuk program komprehensif, yakni di bidang musik, seni murni, fotografi, film, teater, tari, sastra, arsitektur, desain, fesyen, dan gastronomi. Yang ditampilkan mesti bertumpu pada empat pilar, yakni leluhur (heritage), kekinian (contemporary), penciptaan (creations), dan pertukaran (exchange). Tujuannya membangun jaringan kerja internasional dan menciptakan kerjasama para seniman, kurator, koordinator dari Eropa dan negara tamu dengan mengangkat konsep “lintas batas (cross border)”.

Yang membedakan Europalia dari festival seni lainnya di dunia bukan hanya dengan keanekaragaman acara, tetapi juga jangkauan acaranya yang sangat luas dengan periode yang cukup lama, yakni tiga bulan, 50 kota (berpusat di Brussels), dan 300 acara. Festival yang diklaim sebagai kegiatan seni terbesar, termegah, dan bergengsi di Eropa ini dikelola Europalia, lembaga nirlaba internasional yang dibentuk pada 1969 dan langsung berada di bawah naungan Raja Belgia Phillipe I.

Europalia kali ini akan menjadi festival ke-26 terhitung sejak 1969 dan menjadi yang ke-4 yang didedikasikan untuk negara-negara di Asia. Dalam sejarah Europalia beberapa tahun terakhir, Europalia Tiongkok (2009) yang diresmikan Presiden Xi Jinping dan Europalia India (2013) yang dibuka Presiden Pranab Mukherjee, terbukti menjadi Europalia terpopuler dengan jutaan pengunjung. Bahkan pada 1989, di bawah naungan Yang Mulia Kaisar Jepang, Europalia saat itu menarik 1,7 juta pengunjung.

Indonesia menjadi negara tamu Europalia tahun ini, berlangsung dari 10 Oktober 2017 sampai 21 Januari 2018. Pemerintah RI dan masyarakat bekerja sama menampilkan kearifan, keindahan, dan keterampilan seni Nusantara. Tak heran jika ini disebut sebagai prakarsa yang cukup besar.

“Semua media yang berafiliasi dengan Kemenpar kami kerahkan untuk Europalia, baik itu media di Prancis, Belgia, Jerman. Ditambah lagi basis media sosial kita yang relatif kuat,” ujar Menteri Pariwisata RI Arief Yahya. “Upaya ini untuk memaksimalkan promosi sehingga perbandingan event dan promosi menjadi 10:90.”

Agar masyarakat Eropa mudah mendapat informasi tentang tempat dan jadwal Europalia, Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) bekerja sama dengan Go-Jek telah membuat aplikasi Europalia yang dapat diunduh di Play Store dan iOS.

Festival Europalia mendapat dukungan keuangan dari pemerintah negara tamu selain dukungan dari Pemerintah Federal dan regional Belgia, termasuk Kementerian Luar Negeri Belgia. Untuk Indonesia, sejak penandatanganan kerja pada 2015, Kemendikbud menjadi pendukung utama penyelenggaraan Europalia.

Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid menyebut Europalia adalah kesempatan yang baik bagi Indonesia menyatakan kepada dunia bagaimana hidup berdampingan dalam perbedaan.

“Eropa sedang dilanda masalah, salah satunya bagaimana hidup berdampingan dengan masyarakat lain. Tadinya masyarakat di sana seragam, sekarang beragam sejak dibanjiri imigran. Kita sudah ribuan tahun hidup beragam dan kita tahu cara mengelolanya, salah satunya lewat jalan kesenian,” lanjut Hilmar.

Tari Topeng Losari. (Foto: Silvia Galikano)
Tari Topeng Losari. (Foto: Silvia Galikano)

Salah satu kesenian yang akan ditampilkan adalah tari topeng Losari oleh sanggar Purwakencana yang dikelola Nani Sawitri. Nani adalah generasi ke-7 penerus tari topeng. Dia mewarisinya dari sang nenek, Mimi Sawitri.

Tari topeng, yang berbasiskan ritual, diciptakan Pangeran Angkawijaya atau Panembahan Losari pada abad ke-16, sebagai salah satu media penyebaran Islam. Sampai kini, doa dan mantra dalam bahasa Jawa Kuno tetap dirapalkan sewaktu tarian dibawakan.

Saat peluncuran Europalia, Nani dan tim kecilnya membawakan tarian tersebut, berikut topeng yang berusia 400 tahun. Topeng itu tanpa lubang mata, melambangkan keimanan. “Jadi menari harus menggunakan hati. Kalau menggunakan mata jadi jumawa,” Nani menjelaskan usai tampil.

Europalia diperkirakan akan menarik sebagian besar pengunjung dari Benelux (Belanda, Belgia, Luxemburg), Prancis Utara, Jerman bagian tengah-barat, dan Inggris bagian tenggara yang mewakili pasar regional terbesar di dunia.

Terlepas dari ukuran negaranya yang kecil, Belgia mampu berada dalam 25 kekuatan ekonomi terbesar di dunia dan menampung 1400 perusahaan multinasional. Belgia telah menjadi investor Uni Eropa terbesar ke-5 dan pasar terbesar ke-7 di Indonesia, mengimpor produk Indonesia seperti sepatu, tekstil, mesin, mebel, minyak sawit, cokelat, dan biskuit (sebagai industri yang paling terkenal di dunia). Brussels adalah ibukota diplomatik kedua di dunia dan menjadi markas bagi Uni Eropa, NATO, dan Organisasi Pabean Dunia (WCO).