Untuk ketiga kalinya, acara Film Musik Makan (FMM) digelar oleh Kolektif, inisiatif distribusi film dan pemutaran alternatif ke ruang publik dari Yayasan Cipta Cita Indonesia. Tahun ini, FMM akan segera digelar di Goethe Haus, Jakarta Pusat pada Sabtu dan Minggu, 2 & 3 April 2016. Dalam FMM ke-3 ini, pengunjung akan disajikan empat film panjang, sepuluh film pendek, penampilan musik, dan beragam makanan serta minuman.

Film yang akan tayang perdana adalah Potongan film dokumenter karya Chairun Nissa. Produksi Babibutafilm ini menyoroti sensor film di Indonesia  oleh Lembaga Sensor Film (LSF) yang semena-mena membabat adegan di saat para sineas sedang tumbuh dan bersemangat untuk membicarakan persoalan manusia Indonesia.

“Padahal, LSF memiliki sistem klasifikasi film yang bertujuan mengkategorikan film berdasarkan umur penontonnya, sehingga baik pembuat film maupun penonton tidak dirugikan,” jelas Chairun Nissa yang akrab disapa Ilun saat menjelaskan karyanya.

Cuplikan layar film dokumenter 'White Shoes & The Couples Company Di Cikini'
Cuplikan layar film dokumenter ‘White Shoes & The Couples Company Di Cikini’
(sumber: kolektif.id)

Setelah Potongan, akan ada penayangan film dokumenter White Shoes & The Couples Company Di Cikini. Film karya sutradara dan perupa Henry Foundation ini diproduksi WSATCC bersama Ruru Corps dan Digilive sebagai kelanjutan dari konser bertajuk sama di Taman Ismail Marzuki, Agustus 2015 lalu. Tak hanya mendokumentasikan kejadian seputar konser, film ini juga berisi cerita menarik tiap personil sejak awal terbentuknya sekstet pop ini hingga bermusik bersama.

Untuk mendukung nuansa sinematik film ini, akan dirilis single WSATCC berjudul Senja. Lagu ini sebelumnya pernah dirilis dalam album pertama WSATCC pada 2005, yang kemudian diaransemen ulang dalam format orkestra oleh komponis Lie Indra Perkasa dan untuk dimainkan saat WSATCC Konser di Cikini.

Cuplikan layar 'Simbiosis', film pendek karya Wiranata Tanjaya
Cuplikan layar ‘Simbiosis’, film pendek karya Wiranata Tanjaya
(sumber: kolektif.id)

Selain dua film di atas, akan ada sepuluh film pendek karya  sepuluh  sutradara muda yang telah menjajal layar festival internasional, di antaranya The Floating Chopin karya Wregas Bhanuteja, Serpong karya Lucky Kuswandi, Rumah karya Yosep Anggi Noen, Kunjungan Spesial karya Zen Al-Ansory, Semalam Anak Kita Pulang karya Adi Marsono, Natalan karya  Sidharta Tata, Amarta (Gadis dan Air) karya Bambang ‘Ipoenk’ K.M, Kitorang Basudara karya Ninndi Raras, Simbiosis karya Wiranata Tanjaya, dan Worked Club karya Tunggul Banjaransari.

Dua film panjang juga akan diputar dalam acara Film Musik Makan 2016 ini, yaitu film How to Win At Checkers (Every Time) karya Josh Kim dan Alvin’s Harmonious World of Opposite karya Platon Theodoris.

Setelah acara FMM 2016, film  White Shoes & The Couples Company Di Cikini bersama ketiga belas film yang tayang tersebut akan dibawa berkeliling bersama komunitas rekanan Kolektif, seperti Rumata Art Space, INFIS, Minikino, Simamat, Sudut Pandang ke sejumlah kota di Indonesia, seperti Surabaya, Yogyakarta, Palu, Makassar, Bali, Bengkulu, dan lainnya.

Cuplikan layar 'How to Win At Checkers (Every Time)' karya Josh
Cuplikan layar ‘How to Win At Checkers (Every Time)’ karya Josh Kim

Sementara itu dalam Musik, FMM2016 akan tampil DJ Irama Nusantara dan MMS. Irama Nusantara merupakan upaya pelestarian dan pengarsipan data serta informasi musik populer Indonesia. Adapun MMS, yang terdiri dari tiga selekta Mela dan Sartje dari WSATCC dan Mar Galo  dari Jirapah, akan membawakan beragam lagu dari berbagai genre, mulai dari disko, hip-hop, soul, indie, doo-wop hingga surf, dangdut, dan lagu anak-anak.

FMM 2016 juga bekerjasama dengan sepuluh kampus di Jakarta untuk berdiskusi tentang Film dan Klasifikasi terkait berbagai isu SARA dan seksualitas, bersama pegiat pemutaran film Hikmat Darmawan dari Pabrikultur, Meiske Taurisia dari Kolektif, Alexander Matius dari Kineforum, Lulu Ratna dari Organisasi Boemboe, serta narasumber psikolog Danny Irawan Yatim.