Zico Albaiquni, Transfiguration of The Commonplace Babel, painting variable dimension, 2015
Pameran Seni di Lawangwangi Creative Space, Bandung
Pameran Seni di Lawangwangi Creative Space, Bandung

Sebanyak 12 seniman mahasiswa Seni Rupa dan Design yang sedang menempuh pendidikan S2 di Intitut Teknik Bandung (ITB) dan satu seniman undangan asal Islandia, menggelar pameran berjudul From The Souls of Artist and Writers pada 22 Januari – 3 Maret 2015 di Lawangwangi Creative Space, Bandung.

Seniman tersebut adalah Febie Babyrose, Henrycus N, Ira N Irianto, Irfan Hendrian, Natas Setiabudhi, Oceu Apristawijaya, Rendy Pandita, Sanggra Alam, Sigit Ramadhan, Sulaiman H.Lubis, Tandia B. Permadi, Zico Albaiquni dan Siggi Guony (Islandia).

Pameran ini, kata Bob Edrian Triadi selaku kurator, diadakan sebagai persyaratan untuk lulus akademik ke-12 seniman tersebut. Nantinya masing-masing karya tidak saja akan dinilai oleh publik seni tetapi juga oleh para dosen akademik.

“Ini pameran akademik, Tujuannya untuk penilaian, juga agar publik bisa tahu karya seniman S2 berbeda dengan lulusan S1,”ujar Bob.

Namun yang terpenting yang ingin disampaikan dalam pameran ini menurut Bob adalah bagaimana pecinta seni menyadari bahwa kemampuan teknik seniman bukanlah satu-satunya kunci dalam menilai ‘kemampanan’ sebuah karya seni.

Kemampuan pecinta seni memahami wacana dan makna yang ingin disampaikan seniman lewat karyanya jauh lebih penting. Pameran ini juga mengajak pengunjung untuk jauh memami kapan sebuah karya seni dianggap selesai dan bagaimana sebuah karya seni diselesaikan?

“Karya-karya yang dipamerkan, menunjukkan bahwa mahasiswa S2 Fakultas Seni Rupa dan Design ITB juga bisa kaya wacana. karya-karya mereka jauh lebih mendalam ketimbang S1 yang dituntut lebih kepada teknik” lanjut Bob.

Untuk pameran bersama ini, Bob juga menuntut masing-masing seniman untuk mengeksplorasi kemampuan mereka dengan menyentuh ranah proses kreatif di luar kebiasaan mereka selama ini.

Beberapa seniman menjawab tantangan Bob dengan menampilkan karya di luar proses kreatif yang selama ini mereka kenal. Seperti Sigit yang terbiasa membuat karya dengan teknik cetak reproduction hardboard cut dan xerographic transfer on paper kini beralih pada karya mural.

Zico Albaiquni, Transfiguration of The Commonplace  Babel, painting variable dimension, 2015
Zico Albaiquni, Transfiguration of The Commonplace Babel, painting variable dimension, 2015

Sementara Siggi Guony mengajak pengunjung untuk memahami wacana yang ingin ia sampaikan lewat karya instalasi berjudul Saltvatan Klump Hvarf 12 Hoff Dufthani Rcekjuhals yang hanya menampilkan sebuah lampu sorot.

Terlepas dari keragaman karya yang ditampilkan dalam pameran ini, Bob berharap para pengunjung bisa lebih ‘membaca’ sebuah karya seni yang tak terbatas pada penampakan visualnya saja. “Proses dan metode penciptaan yang digunakan seniman merupakan sebuah hal yang penting,” kata Bob.