Breeze Artspace. (Dok. Breeze Artspace)

Jika melahirkan publik seni baru di Tangerang sebuah pekerjaan yang geraknya lebih lamban, barangkali itu untungnya berada di kawasan perbatasan.

Setahun belakangan, ruang seni di Tangerang mulai bermunculan. Setelah kembalinya Albert Gallery dari masa vakum, kini sebuah ruang pamer bernama Breeze Artspace dibuka.

Sebetulnya, pendiri Breeze Artspace bukanlah pemain baru, khususnya di pasar seni rupa.  Audi Rusli, orang yang berada di balik ruang seni yang berlokasi di kawasan Bumi Serpong Damai (BSD) ini, merupakan kolektor sekaligus pemilik Aroes Gallery. Berbeda dengan Aroes yang difungsikan sebagai tempat penjualan lukisan-lukisan koleksi Audi, Breeze Artspace dibuat untuk menampung pameran-pameran dari pihak luar.

Sebagai peresmian, sebuah pameran digelar dari 4 Februari hingga 5 Maret 2017. Pameran yang diberi tajuk “ART-TIVITIES NOW” ini memboyong 73 seniman dari 10 daerah yang diracik penuh ragam usia serta pengalaman. Angka 73 adalah jumlah yang bombastis untuk ukuran sebuah pameran, tapi jika melihat ukuran ruang pamer seluas 853 meter persegi, ini adalah jumlah yang pantas.

 

Audi Rusli. (Dok. Breeze Artspace)
Audi Rusli. (Dok. Breeze Artspace)

Kuss Indarto, yang menjadi kurator pameran ini, sengaja tidak memberikan tema khusus. Namun, para seniman diminta untuk mengirimkan karya baru, maksimal dibuat dua tahun sebelumnya, dan belum pernah dipamerkan di Indonesia.

Kebaruan pada karya-karya yang dipamerkan menjadi nilai lebih mengingat pameran ini pun dilakukan untuk membuka sebuah tempat baru. Alhasil, pengunjung yang datang dapat menikmati dua hal sekaligus, yakni karya-karya dan tempat yang belum pernah mereka lihat sebelumnya.

Bicara soal tempat, Breeze Artspace berada di kawasan yang menyenangkan. Lokasinya di The Breeze, sebuah mal berkonsep ruang terbuka dengan pemandangan yang justru biasa ditemui di daerah tanpa mal; sebuah danau luas tempat begitu banyak ikan koi berbagi tempat dengan kawanan bebek, atau rimbun pepohonan besar yang menggantikan atap di beberapa titik.

 

Ulasan lengkap Meniup Angin Segar dari Perbatasan dapat dibaca di majalah SARASVATI edisi Februari 2017