"Owl's Eyes in Rainforest", 130x95 cm, acrylic on carton. (Foto: Jacky Rachmansyah)

“A New Life” mewakili persinggungan teknik melukis Barat dan visi naturalis Timur, juga kuatnya pengaruh kebudayaan Cina dan Byzantium.

Karya-karya lukisan Giorgio Sciarretta yang dipamerkan di Auditorium Istituto Italiano di Cultura, Jakarta, 9 Agustus-10 Oktober 2017, menunjukkan eksplorasi warna, material, serta citraan yang eksotis.

Pelukis Italia yang tinggal di Bali sejak 1997 ini menghadirkan bentuk-bentuk natural seperti tumbuhan dan binatang. Sebagaimana pelukis lain yang berkarya dengan cara spontan, bentuk-bentuk pada lukisan Sciarretta bergerak bebas meski terikat pada pola-pola sapuan yang membentuk sulur-sulur daun atau ranting.

Ia memakai gesso, stucco, spray paint, dan akrilik sehingga dalam sapuannya dapat ditemukan tekstur yang acap kali ia padukan dengan glitter. Tekstur ini mengeras di beberapa bagian lukisan yang telah ia sapu dengan tangan. Kemudian, Sciarretta menambahkan kancing-kancing pada bagian yang berdekatan dengan tekstur menonjol hasil stucco yang mengeras. Hasilnya, dari jauh, lukisan Sciarretta menampilkan garis-garis tipis-tebal yang jika didekati melebar dan lebih bervolume.

Pameran karya-karya Giorgio Sciarretta di Auditorium Istituto Italiano di Cultura, Jakarta, 9 Agustus-10 Oktober 2017. (Foto: Jacky Rachmansyah)
Pameran karya-karya Giorgio Sciarretta di Auditorium Istituto Italiano di Cultura, Jakarta, 9 Agustus-10 Oktober 2017. (Foto: Jacky Rachmansyah)

Pameran bertajuk “A New Life” ini agaknya mewakili persinggungan teknik melukis Barat dan visi naturalis Timur yang bercampur dalam dirinya. Dari segi pemilihan warna pun, dapat diperhatikan bagaimana kuatnya pengaruh kebudayaan Cina dan Byzantium.

Sayang, pemajangan karya di ruang Auditorium Istituto Italiano di Cultura, Jakarta, tampak dikerjakan seadanya. Karya-karya bergantungan di dinding-dinding tanpa ada perhitungan tata letak yang cermat. Karya-karya ini sebetulnya bisa disusun dengan pertimbangan yang lebih cermat, misalnya tidak menjauhkan dua lukisan yang gayanya serupa.

Kekurangan lain, pameran ini tidak menyertakan kuratorial yang jelas. Padahal, jika berdiri sendiri-sendiri, karya-karya ini tidak kelihatan istimewa dan hanya tampak seperti pajangan. Jika didampingi kuratorial yang jelas, pengunjung dapat memperoleh informasi lebih baik mengenai pengolahan material, praktik berkarya, dan relasi karya dengan latar belakang pelukisnya.

Sebetulnya, konsep dan arah yang ingin dicapai si pelukis bisa dibaca jelas dalam pameran ini. Artinya, secara tematik, karya-karya dalam pameran ini bisa dilihat kesinambungannya. Namun, karena pemajangan dan bingkai kuratorialnya tidak ada, pembacaan seperti itu tidak terwujud. Tentu saja sisi positifnya adalah luasnya ruang interpretasi. Namun, tentunya beberapa pengunjung juga mengharapkan informasi lebih mendalam terkait pamerannya ini.

Artikel Tekstur Dedaunan Bunga Sciarretta dimuat di majalah SARASVATI edisi September 2017