Foto: Facebook Ari Bayuaji

Perupa asal Indonesia yang menetap di Kanada Ari Bayuaji kembali menggelar solo exhibition (1 Oktober – 26 November 2017) di  Notre-Dame-de-Bon-Secours Chapel, Montreal. Kali ini Ari mengangkat judul Neighbours sebagai tema pamerannya.

Masih dengan kecintaannya akan material kayu sisa, namun kali ini Ari menyulap kayu-kayu tersebut menjadi instalasi seni foto yang memuat ekspresi gerak, wajah maupun ritual orang-orang Montreal yang berasal dari berbagai etnis namun hidup berdampingan sekian lama.

Sebuah kejutan! Sebabnya, Ari merekam aktivitas keseharian mereka begitu detail dan harmoni. Pada rangkaian karyanya tergambar jelas walaupun berbeda, orang-orang tetap dapat hidup berdampingan dan selaras. Ari memang mau membawa pesan perdamaian di pamerannya kali ini. Toleransi bukanlah hal yang langka kalau memang semua sepakat untuk menciptakannya.

Montreal memang tercatat sebagai salah satu tempat dengan tujuan imigrasi terbesar. Terutama sejak Donald Trump terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat, Kanada naik ke posisi teratas, pilihan untuk berimigrasi.

Salah satu karya Ari Bayuaji yang dipamerkan dalam
Salah satu karya Ari Bayuaji yang dipamerkan dalam “Neighbours”. (Dok. Ari Bayuaji)

Menurut data dari RepTrak 2017 Reputation Institute, Kanada tercatat sebagai negara dengan kredibilitas paling tinggi di dunia dari segi keamanan, efektivitas pemerintah dan penerimaan akan turis-turis luar termasuk kaum pendatang. Kenyataannya, kejadian inilah yang ingin ditampilkan Ari dalam tajuk pamerannya tersebut. Keberagaman “bertetangga” yang tidak menyurutkan langkah untuk tetap menerima satu sama lainnya.

Ari Bayuaji telah lama dikenal sebagai seniman yang kerap menggunakan kayu sisa sebagai media untuk mengekspresikan berkesenian. Menurutnya, material kayu sisa lebih “bercerita” bila dibandingkan yang baru. Singkatnya kayu sisa memiliki “jiwa” sebagai media pesan untuk dibagikan ke khalayak.

Di pameran sebelumnya (Maret 2017), Ari mengangkat tema No Place Like Home di Kunsthal Rotterdam yang menghadirkan pameran instalasi berupa benda-benda; foto, lukisan dan barang-barang dari penjuru dunia yang identik dengan rumah. Membuat setiap orang yang memiliki kedekatan emosi dengan tempat-tempat tersebut akan merindukan keberadaan rumah. Namun, tetap saja, sekali lagi, rangkaian instalasi tersebut disatukan oleh elemen kayu dari bangunan tua yang berasal dari Indonesia dan Kanada.