Karnaval Cap Go Meh Penuhi Kawasan Glodok

0
3496
Tatung
Tatung, sosok yang dimasuki arwah leluhur menjadi media komunikasi.

Akhir pekan lalu (4/03/2018), perayaan Cap Go Meh kembali hadir di kawasan Glodok, Jakarta Barat. Perayaan yang sudah berlangsung untuk kali kedua tersebut hadir dalam bentuk karnaval budaya.

Tak hanya menghadirkan kebudayaan Tionghoa seperti liong dan barongsai, ada pula ragam kebudayaan Nusantara seperti reog, ondel-ondel, hingga sisingaan.

Arak-arakan Joli Dewa saat perayaan Cap Go Meh
Arak-arakan Joli Dewa saat perayaan Cap Go Meh

Acara yang bertajuk “Cap Go Meh Glodok 2018” ini dilengkapi dengan panggung utama terletak di depan Lindeteves Trade Center (LTC) Glodok. Sedangkan karnaval berlangsung di jalan Hayam Wuruk dan Gajah Mada, yang telah ditutup bagi kendaraan roda dua dan tiga. Salah satu lokasi strategis untuk menyaksikan karnaval ini adalah di Pantjoran Tea House, restoran yang dulunya berada di samping gerbang menuju Pecinan Jakarta.

Baca juga Meriah Imlek di Pantjoran Tea House

Meski begitu, hal lain yang mencuri perhatian utama masyarakat adalah iringan tandu dewa (joli) yang membawa patung-patung dewa dari berbagai vihara. Joli yang diangkat oleh empat sampai enam orang ini tampil cantik dengan aneka bunga yang dipasang di sekitar patung dewa. Suasana arak-arakan joli dewa semakin meriah lewat iringan tambur, gong, dan simbal.

Pantjoran Tea House, salah satu lokasi strategis untuk menyaksikan Cap Go Meh
Pantjoran Tea House, salah satu lokasi strategis untuk menyaksikan Cap Go Meh

Selain patung dewa, beberapa joli tampak mengarak tatung. Dalam bahasa Hakka, tatung merupakan orang yang dirasuki roh dewa atau leluhur dan menjadi medium komunikasi. Tatung didandani layaknya dewa dan acapkali menunjukkan ‘kesaktiannya’, mulai dari pipi yang ditusuk batang besi hingga duduk di atas pedang.

Baca juga Sarasvati Inisiasi Crossover Program

Iringan joli dewa yang berangkat dari kawasan Petak Sembilan ini, dipercaya mampu mengusir roh jahat di sekitar daerah yang ditelusuri. Banyak pula masyarakat yang sengaja datang dan berdoa kepada patung-patung dewa yang lewat.

Joli yang digunakan untuk mengarak patung dewa, berhiaskan aneka bunga
Joli yang digunakan untuk mengarak patung dewa, berhiaskan aneka bunga

Berasal dari kata Cap = Sepuluh, Go = Lima, dan Meh = Malam, secara harafiah Cap Go Meh bermakna “hari kelima belas dari bulan pertama (Lunar New Year)”. Cap Go Meh juga menandakan hari terakhir dan puncak dari masa perayaan Imlek yang telah berlangsung selama lima belas hari.

Baca juga Locus Utopia, Perjalanan Baru Katirin

Di negara Tiongkok, Cap Go Meh seringkali dikenal dengan nama Festival Shangyuan. Perayaan ini awalnya dibuat sebagai penghormatan kepada Dewa Thai Yi yakni dewa tertinggi di langit oleh Dinasti Han (206 SM-221 M), rutin pada tanggal 15 bulan pertama penanggalan Imlek.penutup_small