Heri Pemad merupakan sosok penting yang berada di balik suksesnya Art Jog. Baru saja menutup Art Jog 2018 pada awal Juni, Heri Pemad sudah merencanakan sebuah acara seni spektakuler lainnya. Ekspansi Heri tak main-main, ia menyasar Bali yang selama ini dikenal sebagai pusat wisata Indonesia. Diberi nama Art Bali, helatan ini rencananya akan diadakan pada bulan Oktober 2018 yang bersamaan dengan diselenggarakannya IMF World Bank Annual Meeting di Nusa Dua, Bali.
Rencananya, Art Bali akan menggandeng Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) layaknya Art Jog. Kabar tersebut disampaikan dalam opening speech Triawan Munaf di malam pembukaan Art Jog lalu, 4 Mei 2018 di Jogja National Museum. Secara khusus, Sarasvati mengulik lebih dalam tentang rencana Heri Pemad melebarkan jaringan bursa seni di pulau Dewata tersebut.
Bisa diceritakan apa itu Art Bali?
Art Bali merupakan bursa seni yang artist based, membuat pameran langsung dari seniman, bukan di bawah galeri. Jika seorang seniman berada di bawah galeri, maka kita akan minta izin untuk mengajak senimannya berpartisipasi.
Apakah akan serupa dengan Art Jog?
Iya secara bentuk dan program, karena strategi Art Jog akan relevan untuk dibesarkan di Bali. Jadi akan ada pameran utama dan berbagai kegiatan paralel di berbagai tempat di Bali. Jika Art Jog punya Jogja Art Weeks, maka Art Bali akan punya Bali Art Road yang mengajak partisipasi dari galeri, museum, studio, hingga ruang publik untuk membuat pameran bersamaan dengan berlangsungnya Art Bali.
Siapa saja yang akan dilibatkan dalam Art Bali? Apakah diberlakukan sistem open call?
Tahun ini belum dilakukan open call. Rencananya kami akan memberikan porsi 20% untuk seniman Bali, 20% dari luar negeri, dan sisanya untuk nasional. Maksimal ada 30 seniman yang akan dilibatkan, baik yang establish maupun emerging. Kami akan mengundang seniman-seniman yang selalu menawarkan kesegaran dan mengikuti perkembangan seni rupa dunia.
Bagaimana latar belakang bisa munculnya gagasan untuk membuat Art Bali?
Ide untuk menggagas ini sebetulnya sudah lama, sejak 2014/2015. Saya pikir Bali harus punya (acara) semacam Art Jog. Pada 2016, saya benar-benar mencari teman yang bisa bantu cari tempat. Sampai akhirnya bertemu teman satu angkatan ’96 di ISI Yogyakarta yang sudah pulang ke Bali, yaitu I Made Aswino Aji. Saya ajak dia, “Ayo dong, bikin apa gitu di Bali?”. Dia tertarik untuk membuat Art Bali dan akhirnya membantu saya untuk mencari beberapa alternatif tempat. Sampai saat ini ada beberapa opsi seperti di Nusa Dua, Denpasar, Sanur dan Ubud.
Seperti apa keterlibatan Bekraf dalam Art Bali?
Sejauh ini Bekraf menjadi pihak yang mendorong untuk terjadinya Art Bali supaya bersamaan dengan momentum IMF World Bank Annual Meeting. Presentasi juga sudah dilakukan kepada Bapak Luhut Binsar Panjaitan dan Ibu Sri Mulyani selaku Ketua dan Wakil Ketua Panitia Nasional. Kegiatan ini disetujui dan pengawalan diserahkan kepada Bekraf, juga sistem pendanaan supaya lebih lancar.
Keterlibatan Bekraf bermula saat Art Jog 2017, Pak Triawan selaku Kepala Bekraf bertanya tentang project lain yang akan saya buat. Ketika saya ceritakan tentang Art Bali, beliau tertarik dan menyarankan untuk diundur dan dibuat bersamaan dengan berlangsungnya IMF World Bank Annual Meeting 2018.
Menghitung mundur hingga bulan Oktober, sudah sejauh mana persiapan yang sudah dilakukan untuk Art Bali?
Kami sedang negosiasi untuk tempat dan menyusun paralel event. Seniman-seniman yang akan terlibat sebagian besar sudah terpilih. Namun sudah dipersiapkan tempat alternatif, nantinya akan dibuat semi-indoor.
Lalu hal berbeda apa yang akan ditawarkan Art Bali dibanding Art Jog?
Berbeda tempat, akan berbeda juga suasananya. Nanti akan diangkat tema dari isu lokal di Bali. Akan dibuat kolaborasi dengan kafe-kafe sekitar dan acara dengan panggung terbuka.
Yang jadi urgensi sekarang adalah yang penting lahir dulu, walau pun kecil. Siap tidak siap, akan saya lahirkan Art Bali.