Seniman kontroversial, Banksy, menyulap sebuah daerah terbengkalai menjadi sebuah wahana seni yang ia beri nama Dismaland. Banksy sendiri mempelesetkan nama proyek ini dari taman bermain, Disneyland, dan menyebutnya sebagai “taman bermain yang tidak cocok untuk anak-anak.”
Dismaland dibuat di Weston-super-Mare, Inggris, yang rata-rata penduduknya berasal dari kalangan pekerja berpendapatan rendah. Dan untuk proyek ini, Banksy mengajak 58 seniman internasional untuk membuat instalasi seni di kawasan ini dan membukanya untuk umum mulai dari 22 Agustus – 27 September 2015 dengan biaya masuk hanya sebesar tiga poundsterling.
Proyek yang didanai sendiri oleh Banksy ini berhasil menarik perhatian publik, apalagi dengan hadirnya seniman-seniman seperti Shadi Alzaqzouq, David Shirgley, Jenny Holzer, Jimmy Cauty, Damien Hirst, dan lainnya. Tidak tanggung-tanggung, disediakan 4.000 tiket per hari. “Ini untuk 99% orang yang agaknya tidak pernah berada di sebuah pertunjukan seni,” ujar Banksy dalam catatannya.
Beberapa objek seperti Cinderella’s Castle, Giant Pin Wheel, Circus Tent, hingga yang paling gila, Jeffrey Archer Memorial Fire Pit, sebuah perapian yang disediakan untuk setiap hari membakar buku-buku Jeffrey Archer, seorang mantan politisi yang disebutnya sebagai “orang bersumpah palsu yang terkenal”.
Dengan gagasan “theme parks should have bigger themes”, apa yang dilakukan Banksy dan 58 seniman ini memang menghadirkan sebuah wacana intervensi ruang publik yang kental dengan nuansa politis dengan membawa nama perunjukan seni. Dan sorotan publik amat besar untuk proyek satu ini. Terbukti menjelang, situs Dismaland mengalami kepadatan kunjungan hingga situs tersebut down karena diakses ribuan orang.
Seniman yang kerap melontarkan kritik sosial lewat street-art ini mengaku bahwa seni baginya memang harus bicara lebih dari sekadar gabungan dari elemen-elemen penyusunnya. Dan dengan Dismaland ini, Banksy membuat patokan yang lebih tegas atas semangat berkeseniannya dengan terobosan yang interaktif. Lalu, seakan belum puas dengan menggandeng seniman kawakan membantu proyeknya, Banksy juga menghadirkan beberapa band untuk mengisi acara selama Dismaland berlangsung, salah satunya adalah Pussy Riot, grup punk politis wanita asal Moskow yang tidak kalah kontroversialnya pernah bermasalah dengan pihak pemerintahan Rusia dan kalangan gereja.
Selamat datang di taman hiburan a la Banksy.