Lima hari penyelenggaraan World Culture Forum 2016 menghasilkan “Deklarasi Bali”. Deklarasi ini disampaikan oleh Staf Ahli Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Bidang Inovasi dan Daya Saing Ananto Kusuma Seta di Nusa Dua Hall, Bali Nusa Dua Convention Center, 13 Oktober 2016.
Hari itu juga menjadi hari pembukaan sekaligus penutupan WCF kedua. Megawati Soekarnoputri, yang mewakili Presiden Indonesia Joko Widodo, bertugas membuka perhelatan. Sebelumnya, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia Muhadjir Effendy menyatakan dalam pidatonya bahwa forum yang diikuti 1307 peserta dari 63 negara ini bisa berperan untuk menjawab tantangan global hari ini, seperti rasisme, terorisme, ekstremisme, dan perasaan curiga satu sama lain.
Sejak 10 Oktober lalu, para peserta telah mengikuti rangkaian acara, baik berupa simposium maupun program apresiasi budaya seperti yang diadakan di Rumah Topeng dan Karnaval Budaya yang menampilkan para penari dari 14 negara.
Membawa tema “Culture for inclusive and sustainable planet”, forum ini membicarakan tentang upaya mendorong budaya menjadi penggerak pembangunan berkelanjutan. Hilmar Farid, Dirjen Kebudayaan Indonesia, mengatakan, “Budaya adalah fondasi penting pembangunan. WCF mewujudkan potensi utuh budaya tersebut.”
Di hari terakhir WCF juga dibacakan simpulan-simpulan tiap simposium yang telah berlangsung. Sedangkan kelanjutan pertemuan besar ini akan dilanjutkan pada Januari 2017, di mana pembicaraan soal pencarian solusi aktif untuk masalah-masalah bersama dibicarakan.