Membuka jaringan di Bali, Artotel menawarkan pengalaman menginap dengan suasana khas Sanur berbalut seni kontemporer.
Ornamen layang-layang kayu yang berderet di sekujur bangunan hotel Artotel Sanur-Bali menjadi pemandangan pembuka bagi para pengunjung dan yang melintas di depan hotel ini. Pemandangan ini seolah menjadi penanda, setelah 25 menit berkendara dari Bandara Ngurah Rai, para tamu hotel telah sampai di kawasan Sanur, tuan rumah Festival Layang-layang tahunan di Bali.
Sepanjang Juli, langit pantai Padang Galak, kawasan utara Sanur, memang diwarnai ribuan layang-layang yang ikut serta dalam festival kebudayaan tersebut. Pemandangan ini menjadi atraksi memikat yang dinantikan masyarakat maupun turis setiap tahunnya.

Menurut mitologi Hindu Bali, permainan layang-layang diciptakan Rare Angon, anak penggembala sapi yang merupakan reinkarnasi Dewa Syiwa. Sang Hyang Rare Angon dikenal sebagai Dewa Angin oleh masyarakat Bali. Festival Layang-layang Bali tersebut menjadi wujud syukur mereka pada Tuhan atas hasil panen yang melimpah.
Elemen tradisi itu yang dituangkan Artotel ke dalam keseluruhan desain hotel ketiganya di Indonesia ini. Ornamen layang-layang dari kayu bengkirai tidak hanya memenuhi muka hotel, tapi juga area resepsionis, sisi kiri-kanan tangga untuk akses hingga rooftop, dan ruang seni ARTSPACE yang terhubung langsung dengan area masuk hotel.
Wilayah tangga dan ARTSPACE dibuat beratap skylight, sehingga cahaya yang masuk menimpa sudut-sudut ornamen layang-layang di seluas dinding dan tangga. Kesan elegan dan dekat dengan alam yang tertangkap di Artotel Sanur-Bali ini sedikit berbeda dengan Artotel Thamrin-Jakarta dan Artotel Surabaya yang terlihat lebih pop.

Ulasan lengkap Budaya Sanur dalam Desain Tetirah Kontemporer dapat dibaca di majalah SARASVATI edisi Desember 2016.