AFAIR UI 2016 yang berlangsung di Gedung C Galeri Nasional Indonesia

Sebuah rancangan arsitektur kerap hanya dinilai sebatas keindahan fisik bangunan. Padahal, menurut Yandi Andri Yatmo, Kepala Departemen Arsitektur Universitas Indonesia, penting bagi seorang arsitek untuk mendalami proses berpikir dalam mendesain serta memahami konteks, sehingga mampu menggagas arsitektur yang kontekstual. Dengan tujuan untuk meluruskan persepsi itu, Architecture UI Fair 2016 diadakan.

“AFAIR UI 2016 berupaya untuk mengajak masyarakat melihat bagaimana arsitek dapat berperan dalam merespon konteks, lewat pemaparan proses dan pemikiran desain yang diterapkan dalam beberapa tingkatan konteks, mulai dari proses berarsitektur yang berawal dari diri manusia, pada ruang hidup berkelompok, hingga pada ruang hidup masyarakat luas,” ujar Yandi Andri Yatmo yang juga menjadi kurator pameran yang berlangsung di Gedung C Galeri Nasional Indonesia, 27 Januari – 4 Februari 2016.

Sebagaimana yang dituturkan Yandi, pameran ini membawa tema besar “The World without US” yang menggarisbawahi pentingnya bersikap responsif terhadap konteks, baik sumber daya dan kebutuhan manusia, di samping hal lainnya. Selain instalasi, maket, dan visualisasi lainnya (foto, teks, diagram, dan lainnya.), AFAIR akan menyajikan konten dalam bentuk desain pameran yang menampung 177 karya terbaik mahasiswa S1, S2, serta Program Profesi Departemen Arsitektur – Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Seluruh karya tersebut merupakan hasil seleksi yang dilakukan melalui dua jalur, rekomendasi dosen dan open submission. Untuk kategori open submission, mahasiswa dari seluruh angkatan diberi tugas dengan tingkat kesulitan berbeda sesuai tingkat perkuliahanya.

AFAIR UI 2016 yang berlangsung di Gedung C Galeri Nasional Indonesia
AFAIR UI 2016 yang berlangsung di Gedung C Galeri Nasional Indonesia

Pertimbangan mengedepankan pemikiran guna merespons konteks yang ada untuk bangunan yang dibuat bisa terlihat misalnya, pada karya Distinct House buatan Fakhrira Juniba Sekarini, mahasiswa Aristektur 2013. Kepekaan bangunan dalam merespons kebutuhan penyandang autisme yang diproyeksikan menjadi penghuninya hadir dalam bentuk ruang-ruang bangunan ini sengaja diciptakan berbeda-beda agar mudah dikenali oleh anak yang menyandang autisme. Tekstur bangunan juga dibentuk berbeda untuk menciptakan lingkungan belajar yang bervariasi.

Selain pameran arsitektural, AFAIR juga akan diramaikan dengan serangkaian acara pada 30 Januari 2016 yang menghadirkan para praktisi arsitektur sebagai pembicara. Diantaranya kuliah terbuka oleh Irianto Purnomohadi, serta talkshow bersama Achmad Noerzaman, Muhammad Thamrin, dan Gigih Nalendra. Selain itu, juga akan diadakan puncak dari sayembara desain “i-Shelter”, berupa presentasi akhir dan penjurian oleh para akademisi yaitu Eko Prawoto, Budi Sukada, serta M. Nanda Widyarta pada 31 Januari 2016. Sayembara tersebut telah dimulai sejak September 2015 dan diikuti oleh mahasiswa seluruh Indonesia dengan latar belakang bidang pendidikan yang beragam.