Seniman muda Erza Q-pop mengadakan pameran tunggal keduanya yang diberi tajuk “#JOGJAHITS”. Pameran yang berlangsung di Indische Koofie, Yogyakarta, 26 Februari – 6 Maret 2016 ini menampilkan 10 karya Erza yang terdiri dari lukisan dan drawing. “Delapan karya dibuat tahun 2016, sedangkan yang dua lagi dibuat 2014 dan 2015,” ujarnya.
Tema yang dipilih untuk pameran ini lahir dari ketertarikannya akan segala hal yang cepat sekali menjadi tren dalam platform media sosial, khususnya di Yogyakarta. Dengan alasan itu, penulisan tema yang diangkatnya pun menggunakan tanda hashtag (#) seperti yang lazim ditemui di jejaring sosial. Bahkan, Erza memilih tampilan bergaya halaman instagram untuk katalog pamerannya.
Tema ini memang sesuai dengan gaya Erza yang pop serta gemar menampilkan sosok anak-anak, terutama anak perempuan. Warna-warna pastel yang lembut serta bentuk-bentuk bulat di bagian mata, lengan, dan kaki yang menjadi dasar tampilan sosok anak-anak Erza menyuguhkan kesan lucu dan polos. Namun, di balik kepolosan tersebut, Erza menambahkan simbol-simbol fashion seperti baju, kacamata, serta aksesoris pada anak-anak di lukisannya sehingga juga memunculkan nuansa gaul dan penuh gaya.
Terkait karakternya ini, Erza mengatakan, “Saya suka pengaplikasian karakter anak-anak yang jujur dan lugu. Karena kalau di anak-anak, sekalipun mereka tampak nakal, tetap bisa jadi hal yang lumrah.”
Dengan sifat karyanya yang sarat kesan childish, justru menjadi ironi sendiri ketika Erza menyorot fenomena-fenomena seperti dalam karya Seducing Dance, Outfit of The Day, atau Candid. Lewat karya ini, kita bisa merefleksikan apa yang kita lakukan di media sosial: apakah kelakuan-kelakuan yang demikian lebih pantas dilakukan oleh seorang anak kecil?
Namun, meski begitu, yang melihat karya Erza tidak akan serta merta terganggu dengan sindiran seperti itu. Alih-alih termakan ironi, pengunjung lebih akan menikmati karya Erza seperti melihat komik atau gambar-gambar dalam produk khusus anak. Seperti kata seniman Nana Tedja, “Lukisan Erza mengingatkan saya pada cerita-cerita atau komik remaja Jepang, mata-mata besar, rambut-rambut trendy, baju-baju yang funky, tetapi tanpa meninggalkan estetika dan pengolahan ide cerita yang luar biasa.”
Dengan gaya pop seperti ini, Erza juga mencoba untuk menarik perhatian publik luas, bukan hanya kalangan seni. Ia berpendapat, “Saya ingin bikin pameran yang bisa dinikmati publik secara luas. Selama ini saya masih merasa bahwa dengan ‘seni untuk seni’, publik luas masih sulit menikmati karya.”